Serendipity : Seorang Indian Sakit Menemukan Kinina


Atas izin dan kekuatan dari Dia, ana menulis :)

Wah! Akhirnya saya posting lagi .. Setelah sekian lama berkutat dengan tugas-tugas kuliah (Hufyuuh ...) akhirnya UAS datang dan saya kira bukan saatnya untuk menghafal dihari-hari menggemaskan ini. Saatnya blogging :D
Well, saya mau berbagi pengetahuan dengan kalian pembaca setia blog kumuh kumupluhku ini. Hihi ^^
Ada yang tau apa itu serendipity?? ayo apa ayo?? Hm.. secara sederhana, serendipity itu adalah penemuan secara tidak sengaja. Perlu digaris bawahi bahwa ketidak-sengajaan disini bukan berarti tanpa perhitungan atau kebijakan pemikiran. Ketidak-sengajaan disini adalah ketidak-sengajaan yang berilmu (Nah lho, kayak gimana coba). Untuk lebih jelasnya nanti Insha Allah saya akan membahas mengenai serendipity di postingan berikutnya. Makanya, harus rajin berkunjung ke kotak ceritaku ini ya :D

Ok, saya mulai saja bercerita tentang seorang Indian yang menemukan Kinina itu ya.
Asal-usul kinina (Kina) begitu tak jelas sehingga sulit memisahkan aspek legenda dari aspek faktanya. Menurut kisah yang dikenal dan diterima secara luas di Eropa, istri dari Viceroy dari Peru yang dikenal sebagai Countess of Chinchon, disembuhkan dari penyakit malaria dengan meminum ekstrak kulit kayu pohon Peru; dia sangat terkesan dengan kesembuhannya sehingga dibawanya sejumlah kulit kembali ke Spanyol pada tahun 1638.

Atas dasar ilmiah, pada tahun 1742, Linnaeus, seorang ahli botani dari Swedia memberi nama “Chichona” untuk genus pohon asal kulit kayu tersebut.
Catatan pasti tentang pemakaian kinina untuk menyembuhkan malaria adalah dari seorang misionaris Jesuit di Lima, pada sekitar tahun 1630; oleh karena itu kulit kayu mujarab itu disebut kulit kayu Jesuit,, sekitar 100 tahun sebelum masa Linnaeus. Mungkin tidak bisa diketahui secara pasti apakah Jesuit mempelajari khasiat antimalaria kulit kayu ini dari para India. Namun, ada legenda lama yang mendukung penemuan tak sengaja ini, yang mengisahkan khasiat penyembuhan dari kulit kayu pohon chinchona.
Legenda ini mengisahkan seorang Indian yang mengalami demam yang sangat tinggi, yang tersesat di hutan di pengunungan Andes. Beberapa spesies Pohon Chinchona (yang disebut quina-quina oleh para Indian) tumbuh dibagian yang hangat dan lembab lereng pegunungan Andes, dari Kolumbia ke Bolivia dengan ketinggian 5000 kaki. Ketika India ini menerobos pepohonan, dia menemukan genangan air dan segera merebahkan diri ditepi genangan ini untuk meminum airnya. Dengan satu cicipan saja orang Indian itu tahu bahwa air itu telah terkena rasa pahit dari pohon quina-quina di sekitarnya, yang pada saat itu dianggap beracun. Matikah dia?
Kejutan! Dia tidak mati; bahkan ternyata demamnya menurun dan diapun mampu berjalan kembali ke desa asalnya dengan kekuatan baru. Dia menceritakan pengalaman kesembuhannya yang ajaib ini kepada saudara-saudara dan teman-temannya. Sejak saat itu mereka menggunakan ekstrak dari pohon quina-quina untuk menyembuhkan demam yang mengerikan semacam itu. Demam itu disebabkan oleh malaria, dan unsur kimia yang terkandung kulit kayu itu adalah kinina. Berita tentang penemuan ini menyebar ke seluruh penduduk hingga ke telinga para misionaris Jesuit di awal abad ke tujuh belas. Legenda ini, jika benar, memberikan keyakinan bahwa dalam masyarakat primitif pun “kearifan” bisa membuat penalaran suatu ketidaksengajaan menjadi suatu penemuan menggoncangkan dunia.
Keren kan ceritanya? Ternyata, segala sesuatu yang bermanfaat kadang datang secara tiba-tiba dan tanpa diduga darimana asal usulnya. Itulah kekuasaan Rabb. Sang Pencipta quina-quina Yang Maha Hebat dan Maha Menyembuhkan.

You Might Also Like

0 comments