Aku dan Rabb
cerita pita
Ilmu Pengetahuan Umum
Muslimah Corner
Mari Tafakur : Ketika Iblis Membentangkan Sajadah
Bismillah ....
Ikhwan dan Ukhti Fillah
Saya tidak perlu bertanya apakah antum punya sajadah atau tidak, tapi ini memang berkaitan dengan sajadah yang pada kehidupan sehari-hari sering kita gunakan untuk menghadap Sang Khalik, Allah Subhanahuwata'ala. Artikel ini saya kutip dari sebuah dokumen yang saya tak tahu siapa pemiliknya, semoga Allah memberkatinya.
Bacalah ...
Siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum'at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan. Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air.
Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap sajadah.
"Hai, iblis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu,Kiai. Tidak perlu kau larang‑larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!", jawab Iblis ketus.
"Ini rumah Tuhan, iblis! Tempat yang suci,Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru".
Kiai tercenung.
"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu".
"Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, iblis?"
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan
besar!"
"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru, iblis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"
"Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar‑lebar"
"Untuk apa?"
"Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang Kau pimpin, Kiai! Selain itu, Saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang.
Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ Saya bisa ikut membentangkan sajadah".
Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus.
Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah.
Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan‑kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.
Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
"Nah, lihat itu Kiai!", Iblis memulai dialog lagi.
"Yang mana?"
"Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka".
Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya.Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian‑kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah.
Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka, ia akan meletakkan sajadahnya diatas sajadah yang kecil.
Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas. Pemilik sajadah lebar, diindentikan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub‑ordinat dari orang yang berkuasa. Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.
"Astaghfirullahal adziiiim ", ujar sang Kiai pelan
Bagaimana?
Sungguh miris. Iblis saja melakukan banyak cara untuk menjerumuskan kita hingga akhirnya kita akan menjadi temannya di Neraka nanti. Astagfirulloh. Lalu apa yang telah kita lakukan untuk meningkatkan keimanan kita? Apakah kita telah melakukan inovasi-inovasi untuk memperindah cinta kita pada Rabb? apa kita selalu tafakur mengenai hidup yang hanya sebentar?
Mari, saudaraku. Aku mencintai kalian semua karena Rabb. Mari kita pupuk keimanan kita hingga Iblis tak mampu menggoyahkannya. Mari kita jaga hati kita, dengan saling mengingatkan untuk selalu kukuh pada tujuan akhir kita.
Semoga bermanfaat :)
4 comments
saya suka cara pesan ini diceritakan.
BalasHapusbetul mas Eki.. bagus
Hapuswah iya juga ya mba..pernah liat kejadian kek gitu, eh pernah juga sh jadi yang seperti itu
BalasHapusga sadar lho
hmm ternyata emang setan jago ye
benar mas Adi.. setan selalu pandai berbisik
Hapus