Pendakian Gunung Ciremai: Sebuah Catatan Perjalanan

Saya dan teman-teman di Pos Cigowong. Foto: Mirza Syah
Halo, sahabat blogger? Dimanapun kalian berada, semoga selalu dalam keadaan positif dan produktif. Tulisan ini sepertinya akan menjadi tulisan terpanjang tahun ini, karena tulisan ini adalah tentang perjalanan saya bersama dengan 13 orang lainnya menuju puncak Ciremai. Kuningan, Jawa Barat.

Sebelumnya, saya akan memperkenalkan siapa saja yang terlibat dalam penjelajahan kali ini. Silakan lihat penampakkan kami pada foto di atas.

Dari sebelah kiri adalah A Mirza, Raden Asep, A Dede, Tito, Agus, Pak Asep, Jude, Pita, Ajiw, Kak Nina, Ceu Kokom, A Dia, Mang Ajat dan Mbah Gugun.

Perjalanan dimulai sejak tanggal 10 Agustus. Dua hari setelah lebaran saya sudah bersiap menuju Bandung dan bertemu dengan Ajiw, Kak Nina, Pak Asep dan Mbah Gugun. Kami menentukan meeting point pertama di Terminal Cicaheum. Ternyata, kami tidak dapat berbuat apa-apa lagi ketika sudah berurusan dengan macet. Alhasil, dari pukul 13.00 kami tiba di Mesjid Syiarul Islam Kuningan pukul 20.00 lebih. Di meeting point kedua, teman-teman yang lain sudah menunggu sembari menikmati ramainya pusat Kuningan pada malam hari. Patung kudanya itu loh, keren sekali ketika disorot cahaya.

Tempat kami sarapan sebelum memasuki hutan menuju pos/shelter 1: Cigowong. Udaranya dingin ditambah angin pagi yang sejuk. Foto: Qefy Alghifari
Pendakian di mulai keesokan harinya, tanggal 11 Agustus sekitar pukul 07.00. Kami menyewa angkutan umum untuk sampai ke pos penjagaan di jalur Palutungan. Setelah mendaftar kami mulai menyusuri jalan setapak dan perkebunan masyarakat yang ditanami daun bawang, wortel, seledri, kentang dan lain-lain. Sebelum memasuki hutan, kami menyempatkan untuk sarapan di sebuah saung yang sepertinya sudah disediakan oleh perhutani di sana.

Pendakian Gunung Ciremai melalui jalur Palutungan ini harus melewati beberapa pos atau shelter. Pos pertama adalah Cigowong, dimana sungai masih mengalir dan tersedia camp ground untuk beristirahat. Selanjutnya jalan terus menanjak hingga pos Kuta, lalu dilanjutkan menuju pos Paguyangan Badak. Vegetasi tanaman selama jalur pendakian beraneka ragam. Pendaki sebaiknya memakai sarung tangan karena banyak tanaman yang berduri dan membuat gatal.

Senyuman para pendaki di awal jalur. Masih bersemangat!! Foto: Qefy Alghifari
Setelah Paguyangan Badak, kami disambut oleh pos Arban. Menurut teman saya, kami dapat menemukan tanaman arbei selama pendakian. Namun sayang sekali, saya tidak menemukannya. Selama pendakian ini juga, kami (saya yang masih pemula) diberikan pengetahuan oleh Pak Asep dan Mbah Gugun mengenai tumbuhan apa saja yang dapat di makan dan bagaimana cara bertahan di hutan.

Shalat Dhuhur dan Ashar di tengah perjalanan menuju puncak. Kewajiban tidak akan terlupakan. Foto: Nur Azizah
Perjalanan belum berakhir, namun hari sudah semakin sore. Tanjakan Asoy kian membuat kami kelelahan. Benar-benar menguras tenaga tapi kami tetap ingin melanjutkan. Akhirnya, pada pendakian kali ini dibagi menjadi dua tim. Tim satu menjadi tim pendahulu sehingga dapat mendirikan tenda dan menyiapkan api unggun. Sedangkan tim dua adalah tim yang staminanya sudah mulai berkurang dan butuh istirahat terlebih dahulu.

Target kami adalah berkemah di Gowa Walet, yaitu salah satu pos sebelum puncak. Hanya saja, setelah pos Asoy lalu pos Pasanggrahan dan Sanghyang Ropoh, malam sudah tiba lebih dahulu. Sehingga akhirnya kami mendirikan tenda di tanah datar sebelum Pos Apuy. Pos Apuy adalah pos pertemuan antara jalur Palutungan dan Jalur yang dimulai dari Majalengka.

Pendakian kali ini benar-benar melelahkan. Salah satu teman kami hampir saja hipotermia. Saya saja sering sekali merasakan keram kaki akibat dingin yang membekukan. Tenda dome yang biasanya diisi tiga orang saja, kali ini cukup untuk lima orang saking ingin merasakan hangat. Sekitar pukul dua pagi tanggal 12 Agustus, tenda kami diguyur hujan es. Terlihat butiran-butiran es meleleh sekitar api unggun juga disekitaran tenda. 

Pita di tanjakkan menuju puncak! #semangat #optimis #penuhtekad. Foto: Qefy Alghifari
Pagi-pagi sekali, sekitar pukul empat kami mulai mendaki tanpa membawa carrier. Semua barang kami simpan di dalam tenda. Jalur menuju Apuy sangat terjal. Terdiri dari batuan-batuan licin dan sempit. Setelah melewati Apuy, kami melewati Gowa Walet dan terbentanglah hamparan edelweis disekeliling kami. Semakin bersemangat untuk sampai di puncak.

Edelweiss. Bunga yang terhampar luas disepanjang lereng ciremai. Foto: Qefy Alghifari
Kami terus berjalan menanjak dengan sesekali berhenti untuk beristirahat. Ketika melihat ke bawah. Subhanalloh! Awan sudah menjadi lautan dengan cahaya oranye di sebelah timur. Sebentar lagi matahari akan terbit!! 

Jude, R Asep dan Pita ketika sudah di puncak. Melihat pemandangan yang begitu menakjubkan di sebelah sana. Foto: Qefy Alghifari
Pada akhirnya, setelah semua perjuangan yang telah kami lakukan. Kami sampai di puncak Ciremai. Puncak tertinggi di Jawa Barat. Siapa tidak merasa bangga mengibarkan bendera merah putih dibawah terpaan sinar mentari pagi. Siapa tidak merasa haru dapat melihat bahwa dunia memang bulat, terlihat dari lengkungan cakrawala disepanjang pandangan mata.

Suasana di puncak Ciremai. Pita melihat Pak Asep dan Mbah Gugun Menelpon teman. Di Puncak ada sinyal!! Foto: Qefy Alghifari
Disebelah timur sana, terlihat gunung Sumbing dan Sindoro mengerucut. Saya tidak begitu tertarik sebenarnya, tapi mendengar bahwa sebelum kedua gunung tersebut ada sebuah dataran tinggi bernama Dieng. Wah! Saya menjadi bersemangat untuk menjelajah kembali. Dieng, sebuah nama yang ingin aku jejaki tanahnya suatu hari nanti.

duduk di bibir kawah ciremai. Merasa bangga iya. Merasa kecil iya. Merasa takut iya. Foto: Qefy Alghifari.
Pemandangan puncak teramat indah! Saya betah, terlebih kawah Ciremai tidak terlalu menghembuskan bau belerang. Terlihat gunung-gunung Jawa Barat lain di sebelah selatan dan barat. Wahai Allah. Ini mungkin belum seberapa dari surga yang Engkau janjikan. Merasa kecil? Pasti!

Sarapan Pagi di tenda setelah menikmati matahari terbit di puncak ciremai. Foto: Qefy Alghifari
Baiklah. Demikian cerita saya tentang perjalanan kami dalam pendakian Gunung Ciremai. Kami mengucapkan terima kasih kepada Allahu Rabbi, orangtua kami, Pak Asep dan Mbah Gugun yang membantu selama perjalanan, Mang Ajat yang membantu membawa barang, Saudara A Ade yang menyediakan penginapan, kawan-kawan pendaki, dan semua yang terlibat demi terlaksananya pendakian ini.
 
Perjuangan kami tidak sia-sia. Kami, berada di puncak Ciremai. Foto: A Mirza

You Might Also Like

52 comments

  1. hihihi, dunia memang kecil ya...ternyata dik pita ini temennya qefy :D
    ehya, neng, dikau mirip deh sama temenku, Yunia Isnaini, kakak tingkat qefy juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Saya temannya kang qefy, kak :)
      Dan katanya saya memang mirip kak Yusnia Isnaini itu. haduh, dunia. Jangan-jangan kami memang kembaran hihihi

      Hapus
  2. ini kEREN bangettttttttttttttttttttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayo Mbak Hann... jadi kapan mau ikut? bareng putri juga :)

      Hapus
    2. Waaaah jadi jadi begini. Berlelah-lelah untuk mencapai puncak, terbayar sudah saat itu yah pit. hampir ada yg hiportemia juga? aku pernah hampir begitu saat ngecamp ...
      aish keren lah kalian :D :D
      barusan bw ke blog teman yang juga muncak ke mahameru seusai lebaran kemaren..bee kereeen kereen :D

      Hapus
    3. lain kali, pokoknya kamu harus ikut put..... kamu harus ikuuut :D

      Hapus
  3. ga bisa bayangin dinginnya kaya' apaaaa #beerrrrrrrrrrrrr
    mantap euy

    BalasHapus
  4. backgroundnya keren mbak, itu lho warna langitnya... dan.. bisa liat awan dibawah gunung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Warna langitnya biruuuuu dan ada samudera awan di bawahnya. Subhanalloh ^_^

      Hapus
  5. Kereeeen bgt .. oh foto yg d postingan 17 agustus itu di gunung ini toh?? Asyiknya. Allahuakbar!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kak. :)
      itu foto pegang bendera di puncak ciremai. AllahuAkbar!!

      Hapus
  6. Seneng bacanya. Kayak dulu aku nulis pertama kali tentang pendakian Ciremai. Sekarang mau nulis lagi tapi macet-macet. Hehehe.

    Oke. Dieng destinasi selanjutnya Pit. Kaleeeem....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo kang ditulis lagi perjalanan yang kemarin. Pasti lebih lengkap dan lebih menyajikan pengalaman baru. Pita tunggu, ya!

      Dan Dieng.. brbrbr #pakejakettebal

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. MAS

    Tolong dibaca komentar saya kali ini ya.

    Saya kemarin August 16-18, 2013 telah selesai melaksanakan pendakian Gunung Cikuray, Garut yang dikenal dengan Tanjakan Tiada Maaf. Memang betul, begitu mulai pendakian sudah tanjakan demi tanjakan, landai ? Minimal hanya 1 meter menikmati jalur landai.

    Nanti insya allah bulan October, tepatnya October 11-14, 2013 mau mendaki Gunung Ceremai ini. Dan saya pribadi sangat sangat antusias, bahkan dari sekarang saya sudah searching mengenai gunung tertinggi di Jawa Barat ini.

    Semoga bisa sampai puncak ya, amin.
    Mas saya mau tanya, mas sendiri mengawali pendakian melalui jalur apa ? Linggarjati atau dari Majalengka ?

    Terima kasih.
    Saya dan kami dari HBT-Community (facebook : HBT Community)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertama, saya perempuan, kak :D
      jadi jangan panggil mas.

      wah, alhamdulillah. senang sekali mendengar pendakian tentang cikuray :) semoga saja saya juga bisa ke sana.

      Dan semoga pendakian ke Ciremainya lancar ya, kak.
      Pendakian kami kemarin melalui jalur Palutungan, kak. Palutungan ada di Kuningan.

      Kalau ada yang ingin didiskusikan, coba kakak klik salah satu kontak saya http://www.gulunganpita.com/2013/03/kontak-pita.html

      Hapus
    2. Cikuray bagus,, edelweisnya keren,, besar2,, pemandangan muantap,,, tapi udara ga sedingin ceremai.
      Ceremai lebih muantap,, udara lebih menggigit,,, mau lewat palutungan, majalengka ato linggar jati sama aja beratnya, kalo pemula disarankan lewat linggar jati, kondisi medan gak terlalu terjal, sampai pos terakhir (wr bi engkus) isi aer sepenuhnya. Karena disitu sumber mata air terakhir, siapkan mental dan perbekalan, jangan bicara jorok karena itu pantangan. Maav. Ini sedikit masukan dari saya, selamat mendaki.

      Hapus
    3. Semoga saya bisa ke Ciremai, ya kak! Aamiin #pakehati

      Hapus
  9. Subhanalloh, pengalaman banget nih.. ^^
    Kelihatan udah niat banget setelah lebaran langsung meluncur ke TKP :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa, mas.
      ini sebenarnya sudah direncanakan jauh-jauh hari.
      dan subhanalloh, memang banyak sekali pengalaman yang didapatkan di sini. (y)

      Hapus
  10. gak lewat linggar jati yaa :))
    tapi emang Ciremai memukau sebagi puncaknya jawa barat :))
    mantap lah,,cepet nyusul ke semeru ya :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak, kak. Lewat Palutungan dulu kan masih pemula :D
      iyap, setuju. puncak dan pemandangannya benar-benar mengesankan! ngga nyesel sudah bersakit-sakit dahulu.. puas. alhamdulillah.

      insha Allah segera ke semeru.. ranu kumbolonya sudah memanggil-manggil. aamiin

      Hapus
  11. assalamu'alaikum
    perkenalkan kak, sy arifa mahasiswi ptk di jakarta
    maaf kak, sy mau tanya. kakak naik pake rok sampai atas? susah ngga pake rok kak?
    terimakasih atas jawabannya, insyaallah sy jg akan mendaki ciremai september ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaykumussalam
      Halo Arifa :)
      Iya saya pakai rok ke puncak. dan ngga susak kok! :)
      wah.. kabar baik. Kalau cuaca sedang cerah, Insha Allah pemandangannya akan menakjubkan. take care!

      Hapus
  12. Balasan
    1. waah kakak ini sepertinya sudah mendaki Ciremai sebelum saya ya. keren!

      Hapus
  13. Ciremai asyik sepertinya. sering naik gunung juga ya teh... :)

    kalo ada kesempatan naik gunung bareng komunitas kami teh, di satubumikita.blogspot.com.. :)

    #promosi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ngga sering sih kang. tapi senang dan pernah. hehe
      wah Sukabumi juga ada toh.. belumt tahu saya.. oke oke diintip-intip dulu! :D

      Hapus
    2. eh ternyata di Bandung :D
      waaah..

      Hapus
  14. Saya org Kuningan ,tempatnya pn dkaki gng ciremai sangat sedih ga pernah naik ke pncak ciremai..pengen bangeeettt ksana...maklum aku kerja dinegeri org... :'( :'(
    Salam lestari my friend,semoga dlain waktu kita bisa mendaki bersama... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah sayang sekali kang Oman.. padaha Ciremai indah pisan :D
      aamiin. yuk kita muncak!

      Hapus
  15. waaaa,, subhanallah,, bagus banget pemandangan sunrise'a..
    jd terpanggil untuk mendaki ke ciremai (isnyAllah, someday).. dulu pernah main2 ke lerengnya waktu jenguk adik di asrama ITUS,, memang dingin betul disana.. hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha Allah aamiin :)
      wah.. nanti kalau ke Kuningan lagi, diagendakan mendaki ya kak ^__^

      Hapus
  16. Salam rimba..!!
    Insya allah mau mendaki desember ini, mau nanya sis kalau lewat jalur palutungan sampai ke puncak berapa jam yah..!? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. sewaktu saya mendaki agustus kemarin, jam 8 dari Pos pemberangkatan sampai jam 8 malam lagi baru sampai camp ground sebelum tanjakan Apuy, kak.
      Kami ber 14, mungkin bisa diminimalisasi kalau lebih sedikit.

      Hapus
  17. waah keren mba..nanti kami tgl 19-22 mau mendaki ciremai mba :)
    salam kenal dari komunitas kami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap waspada, cuaca sepertinya sedang tidak menentu.
      Semoga selamat sampai ke rumah masing-masing :)

      Hapus
  18. keren ngedaki pake rok... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapapun anda, terima kasih.
      Alhamdulillah bisa tetap syar'i :)

      Hapus
  19. ijin share yaa teh, buat bekel saya besok kesana :)

    BalasHapus
  20. Salam Lestari…
    Kang boleh minta nomer kontaknya yang di pos pendakian Palutungan ??

    BalasHapus
  21. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  22. Kayak pernah liat . tapi siapa ? dimana ? -_-

    BalasHapus
  23. Waaah pendaki syar'i ≧∇≦
    Saya suka saya suka d=(´▽`)=b

    BalasHapus