aku dan kau
cerita pita
Ilmu Pengetahuan Umum
Keseharian
Materi Kuliah
paikologi
Cerita Ramadhan #14:Teori Mozart dan Social Modelling untuk Anak
koleksi pribadi: De Dhifa saat PAUD |
Tidak dapat dipungkiri, saya mencintai buku. Namun, saya juga mencintai anak-anak. Cinta Allah? #jangantanya Terlebih lagi ketika sudah memilih untuk berkonsentrasi di Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Anak. Rasanya, anak-anak itu benar-benar istimewa dan membuat bahagia. Termasuk cara mereka memperlihatkan kecerdasan mereka—yang sering orang dewasa sebut sebagai nakal—mereka itu indah.
Nah, kawan. Kali ini adalah cerita pita tentang anak-anak. Bukan anak saya, karena saya belum diamanahi Allah. Inginnya segera, tujuh cukup. #aamiin . Tapi kalau Allah kasih lebih, boleh. Tapi abahnya siapa? #curcol. Well, ini tentang keponakan saya, yang selalu saya perhatikan lebih dalam di banding yang lain. Bukan pilih kasih, tapi jujur saja, saya kerap mempraktikkan berbagai macam teori kepada dia. Sebut saja mawar #eh.
Namanya Nadhifa. Nama lengkapnya Nadhifa Nurul Kamilah, namun seringnya dipanggil de dhifa. Sekarang baru saja duduk di kelas 1 SD. Anaknya tidak cengeng, cerdas dan kalem. Persis Tantenya #astagfirulloh.
Teori Mozart pernah saya coba aplikasikan. Tentang musik dan belajar menyenangkan dengan ketukan, gerakan, dan suara-suara. Saya juga pernah mengharmonikan ketiganya. Alhasil, de dhifa menjadi senang bernyanyi dan memukul-mukul (tatalu) sesuatu yang ia imajinasikan sebagai alat musik. Didukung ayahnya yang sering membeli CD-CD nyanyian islami dan murottal. De dhifa menjadi hafal beberapa surat sebelum ia masuk sekolah. Juga mengetahui pengetahuan-pengetahuan sehari-hari yang ia dapatkan dari nyanyian. Seperti mencintai hewan, mencintai alam, hidup teratur dan lain-lain.
koleksi pribadi: mengerjakan PR sambil nonton tv |
Anak-anak sebenarnya mudah sekali merasa bosan, untuk membimbingnya dibutuhkan kesabaran dan kreatifitas yang tinggi. Kebiasaan kurang baik dhe dhifa adalah tidak mau menyisir rambut. Ibunya biasa menyisir rambutnya ketika de dhifa sedang tidur, itu juga kalau ia tertidur pulas. #ckckck.
Nah, kawan. Saya penasaran dengan fenomena ini. Kemudian saya mencoba mempraktikkan social modelling untuk anak. Sudah diketahui bahwa anak senang sekali meniru. Mereka imitator yang handal. Maka dari itu, harus hati-hati bersikap dan berpolah kalau sudah didepan anak.
Pendekatannya. Saya main-main dulu dengan de dhifa. Melihat dia bermain hulahup lalu bermain lilin mainan. Setelah itu dia membuka buku dan mulai menggambar. Saya ikut menggambar, menggambar anak kecil yang berambut panjang. Saya menggambar sambil bercerita kalau anak kecil berambut panjang itu senang bermain, suatu ketika rambutnya tertiup angin—saya-pun menggambar anak kecil dengan rambut kusut—. Saya bertanya, “De, rambutnya bagusan yang mana?” kemudian dia menunjuk ke gambar anak yang berambut panjang tidak kusut.
“Nah, yang kusut juga bisa bagus ko. Dia harus nyisir. Ah teteh juga mau nyisir ah biar rambutnya bagus kayak dia—menunjuk anak kecil berambut panjang—.”
Saya mengambil dua sisir. Satu untuk saya, yang satu saya simpan di depan de dhifa. Saya mulai menyisir rambut saya. Lalu saya mengatakan bahwa rambut saya terlihat lebih rapi setelah disisir. Tak berapa lama, de dhifa mengambil sisir dan mulai menyisir rambutnya. Walau sisirnya hanya sekedar menempel di rambut saja, tapi itu kemajuan yang bagus. #alhamdulillah. Kalau saya bermain ke rumahnya, saya pasti menyisir rambut saya. Alhasil, sekarang de dhifa mulai mau disisiri ibunya, atau kakaknya. Kadang ia juga menyisir rambutnya sendiri.
Para pakar anak pernah mengatakan: as a child, we said : Show me and I forget. Teach me and I remember. INVOLVE me and I learn. (sebagai anak kami mengatakan: tunjukkan kepadaku dan aku akan lupa. Ajari aku dan aku akan ingat. Libatkan aku dan aku akan belajar)
That’s why, anak itu perlu dilibatkan. #gregetpunyaanak
Semoga bermanfaat.
8 comments
wah bagus...saya juga seneng psikologi anak, walo blum punya anak tapi itu bekel buat jadi orang tua yang baik
BalasHapustul ga ?
postingan yang sangat bermanfaat....
BalasHapus@Adi
BalasHapusbetul mas ^^
jadi lebih mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua
@Dens feil
BalasHapusalhamdulillah jika demikian kang Dens
Anak-anak, teringat sama temen" waktu bulan juli kemaren jadi mentor buat bimbing anak" kecil muslim mengisi liburan. Tingkah nakalnya (lucunyaaaa) ituuu.
BalasHapusTeteh Pitaaa, kita samaaa. Aku juga pengen punya anak kecil, tapi blum pengen punya anak, pengennya punya adekk. ^-^
Curcolnya tuhh, lagi enggak sabar pingin punya keluarga yah #eh Hmmph. ^_^
@Erlangga Kusumawijaya
BalasHapusbukan tingkah nakal tapi cerdas ^^
semoga kita cepat punya anak yaa .. hehhe
do'akan saja ya, sholeh ^^
mau coba ah ke keponakan saya ( keponakan sering jadi bahan eksperimen sebelum punya anak sendiri, ups)...salam :)
BalasHapus@Dya
BalasHapusiya mbak.. tapi awas ntar mal praktik lagi :p