cerita pita
Keseharian
Cerita Tentang Capung
sumber : Om Google yang setia
Seperti kata dirinya sendiri. Capung memang kecil, segmen pemisah antara badan, kepala dan kakinya hampir tidak terlihat. Ekor lurus yang melancip sedikit, kemudian lemah menurut binatang yang lebih besar dari dia. Sayap-sayap jejaring yang mudah rapuh terlihat mengkilat jikalau diterpa matahari. Kaki yang mungil, simetris juga anggun.
Dengan segala kelemahan yang dia punya, apapun itu, capung dapat terbang ke awang-awang. Lebih tinggi dari awan sirus atau sirokumulus. Melayang, melakukan manufer-manufer terbang semaunya, membelok, lurus atau bahkan menukik hingga hampir jatuh ditanah. Tapi dia tetap tersenyum.
Matanya yang besar membuat dia dapat melihat apapun dari ketinggian, melihat rumahku, melihat laut yang biru, melihat pantai yang lurus sepanjang selatan, memperhatikan ombak berbuih menepi, hilang dibatas pasir. Dan jika dia mau, capung dapat singgah pada daun nyiur yang terbawa angin hingga menari. Bertemu kepiting atau kerang laut yang pandai bercerita. Bercerita tentang dunia mereka yang keras, kadang capung hanya tersenyum perih mendengarnya, tapi dia bahagia bertemu mereka, perasaan bahagia yang sangat bahagia yang dia tuangkan dalam sebuah senyuman sederhana.
Sore hari yang elok, sang surya membelai sayapnya dengan sinar hangat di ujung barat. Capung menoleh dan bersiap untuk terbang. Terbang pulang ke taman tempat dirinya berasal. Taman yang indah, penuh bunga dan capung-capung lain yang berwarna. Dia juga teringat akan setangkai daun yang sedang menunggunya di sebuah pohon di taman yang sama. Daun itu hijau, segar dan mempesona. Itu yang membuat capung ingin pulang.
Namun sepertinya, daun itu telah disinggahi oleh seekor kupu-kupu, kupu yang bertelur dan menginginkan telurnya bermetamorfosa dibawah daun itu. Sedih sekali rasanya, jiwa capung itu rapuh semakin rapuh. Pergilah capung menyusuri sungai, berbanding terbalik dengan arah salmon bertelur.
Hingga akhirnya capung itu tersesat dihutan hujan. Terdampar pada sebuah batu berlumut ditengah hutan, dipinggir sungai kecil. Akar-akar hijau menua bergelantungan diatasnya. Capung itu terlalu lelah untuk merasa takut. Matanya yang besar tetap saja sulit untuk terbuka, dia tau sekelilingnya mulai gelap dan dia tidak merasa apa-apa lagi. Hingga akhirnya dia tau kalau dia sedang berada pada sebuah dahan, ada pucuk daun hijau mungil disana. Pucuk daun itu tersenyum. Tak berkata apapun, hanya diam dan memperhatikan capung asing yang kebasahan, sayapnya lembek dan sedikit bau, kaki-kakinya hampir patah.
Capung belum mengerti, dia belum tahu kalau suatu saat nanti pucuk daun itu akan berubah menjadi setangkai daun hijau yang tumbuh subur, selalu mengagumi matahari yang memberikan cahaya dan hormat kepada air yang memberinya minum. Daun itu akan memberinya udara untuk bernafas dan menutupinya dari hujan jika capung berlindung dibawahnya.
5 comments
Ya rabb :). Indah sekali nikmatmu
BalasHapushehe,,
BalasHapuscapung,,capung,.
yoezron mengatakan :
BalasHapushehe,,
capung,,capung,
Maksudnya ? asik euy di follow
nggk,,,
BalasHapusfolowback ath,,
"yoezron mengatakan...
BalasHapusnggk,,,
folowback ath,,"
Sudah kang...