Perjalanan (Mengaduk) Rasa Part II

Sang Pendaki yang (sering) galau dan Sang Agen Perubah Keadaan

Pagi turun bersama serangkaian mimpi yang perlahan mulai menyata. Embun-embun masih melekat, tak mau beranjak dari pelukan kaca jendela. Padahal matahari sudah berseri dan siap menghangatkan. 

Aku berucap, “Tadi, aku mimpi. Dan aneh banget.”

“Aku juga mimpi. Mimpi apa emang?” Tanya sang pendaki yang (sering) galau.

Aku menjawabnya, menjelaskan setiap detail mimpiku. Belum selesai, ia cepat-cepat memotong dan setengah berteriak mengudarakan kata, “Hahaha. Sama tahu! Aku juga mimpi itu.”

Semalaman, kami berbincang tentang banyak hal. Ini adalah kali pertama kami menghabiskan satu malam dengan sedikit canggung, tapi beberapa jam setelah ini semua kecanggungan seakan menguap menjadi bulir-bulir air kedekatan yang siap menghujani kami. Juga menghujani sang agen perubah keadaan, yang tiap tawanya membuat gempar.

Dalam tulisan sebelumnya, sang agen perubah keadaan begitu pandai menyuguhkan cerita renyah tentang kami. Biarkan aku juga, untuk mendeskripsikan sang agen juga pendaki yang (sering) galau dalam versiku, yang menurutnya misterius. 

Sang agen perubah keadaan, adalah seorang agen yang sudah terlalu banyak menipu orang. Operasinya sering dilakukan menggunakan telepon. Sang pendaki yang (sering) galau adalah salah satu korbannya, juga tante penjaga Villa. Air mukanya selalu menampakkan kebahagiaan. Aku curiga, mungkin memang hanya kebahagiaan yang dia miliki. Tertawanya selalu mengudara. Memenuhi langit-langit mobil, juga semesta kami bertiga.

Satu lagi, sang pendaki yang (sering) galau. Kami satu tipe darah, karenanya kami selalu bersemangat mencungkil-cungkil bagian menyedihkan dari agen perubah keadaan. Aku menjadi lebih sering cekikikan, terlebih melihat gantungan kunci berwarna kuning di sebelahku. Dia adalah tipe orang yang punya banyak pengalaman. Kesehariannya adalah berkutat dengan angka-angka dan rupiah-rupiah yang ghaib. Banyak cerita yang muncul dari mulutnya, dan aku senang untuk mendengarkan.

Perjalanan dimulai. Aku duduk sendiri di jok belakang. Melihat ke depan adalah benar-benar seperti menonton panggung komedi, atau bahkan opera sabun. Sesekali keduanya—sang pendaki yang (sering) galau dan sang agen perubah keadaan—membuat aku tertawa, protes, berpikir, kontemplasi, juga sukses menenggelamkanku dalam lamunan. 

Pendaki yang (sering) galau dan sang agen perubah keadaan memberi banyak pelajaran kepadaku, sang penonton yang seringnya ditanya hal-hal aneh. Mereka menyebalkan terkadang. Tapi itulah yang aku rindukan dari mereka.

Setelah banyak adegan-adegan mengerikan yang diceritakan sang agen perubah keadaan, babak-babak romantis dari sang pendaki, juga alur-alur membingungkan dari percakapan kami yang tak pernah berujung, kami sampai Kawah putih. Haih indahnya ... beberapa jenak telah memesona kornea. Kami menyusuri tiap sisian sulfur indah ini. Mengabadikan beberapa lukisan cahaya dan berdiskusi semi ilmiah tentang semua hal dihadapan kami. Semacam menafakuri alam dengan cara kami sendiri. 

Aku akan mengakui beberapa hal. Sebenarnya, aku menyukai cara dua sahabatku ini memperhatikan orang-orang yang mereka beri peduli. Aku mengagumi cara mereka memberikan kebahagiaan dengan cara mereka. Aku mengagumi cara mereka, namun aku tak mau menjadi mereka. Beginilah seharusnya.
Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya. - Dee : Filosofi Kopi

Ini baru setengah perjalanan, karenanya baru beberapa gelas kebersamaan saja yang telah terteguk. Masih banyak sebenarnya, sesitu Patengan mungkin.. karena perjalanan ini belum berakhir.

Bersambung ...


You Might Also Like

33 comments

  1. duuuh.... dag dig dug.. hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sedikit berpikir, mengapa komentar kalian berdua *lirik sang agen* setelah membaca ini menjadi dag dig dug?

      Hapus
    2. Tinggal menunggu cerita dari Ziss, Opa Adi sudah, Pita sudah, tinggal Ziss. :)

      Hapus
    3. Iya, kang. Jadi penasaran nizza pakai gaya seperti apa :)

      Hapus
  2. Ahaha seeerruuuuu pita :)
    Nizaa..make please continue ya.. I felt fun writing this..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengapa anonim?
      Niza will continue this until the end. make it sweet, please

      Hapus
    2. karena saat itu komen dari si hape smartless dan ga ada akun blog ku

      Hapus
  3. masya Allah bagus bgd... seru kak. Sungguh pengen kesana..

    BalasHapus
  4. mendaki gunung bersama teman yah... berpetualang selalu menyenangkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. perjalanan yang lebih menyenangkan dari sekadar mendaki gunung, kak :)

      Hapus
  5. datang untuk kunjungan di blog sobat, saat ini saya akan sedekah di blog sobat, izin klik semua iklannya gan, membalas kebaikan agan. terima kasih. sukses selalu dan mari kita jaga silaturahmi

    BalasHapus
  6. Wuih serasa lg ikut kesana..lagunya jg bikin hati lalala lilili :-) good job bgt. Barakallah

    BalasHapus
  7. sy malah fokus ke fotonya. kapan, ya, bisa ke sana :D

    BalasHapus
  8. Wuuuwuuuwww...

    kalo bisa lanjut dengan momen-momen yang lebih wuwww ini pasti nanti bisa jadi buku nih.
    hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nanti momen yang lebih wuuwww nya dilanjut sama sahabatku, Ul :D

      Hapus
  9. Wahhh,, ketemu blog penulis asik nih! Asik... bisa belajar jadinya., can't wait to read the whole story :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah.. aamiin kak :)
      semoga bermanfaat.. yuk belajar!

      Hapus
  10. Waaaah berpetualangan masih berlanjut dan terus berlanjut ya :)

    BalasHapus
  11. sikap yang jelas,
    mengagumi tapi tak harus menjadi seperti yang dikagumi,
    mereka marah ya mbak kalo pakai nama asli?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap. Tetap menjadi diri sendiri.
      mereka ngga marah kok, kak. Tapi memang simbolis itu asyik :)

      Hapus
    2. mereka ngga akan marah kok, kak. Hanya saja, nanti mereka banyak fans kalau disebutkan nama asli :D

      Hapus
  12. biasa kalo udah sering ngumpul2 gini, bulir2 cinta bisa tumbuh loh

    BalasHapus
  13. jadi bolang nih :)
    nikmati apa yang sedang, dan rasakan setelahnya, karena moment tsb. tak akan terulang untuk kedua kali'a

    BalasHapus
  14. bagus tuh foto nya ...

    dimana tuh kka? :)

    BalasHapus