Puncak Tampomas, 29 Juni 2013. Foto: Dokumen Pribadi |
KKN di Sumedang ternyata memberikan pengalaman yang
menarik. Dan saya yakin, sampai tanggal 3 Agustus nanti. Akan ada banyak momen
tercipta selama KKN. Aamiin ya Mujiib #pakehati.
Dan di hari kelima KKN, JBA yang ada di Sumedang
menggelar sebuah jelajah. Ke puncak tertinggi Sumedang, Tampomas. Kami mendaki
melalui jalur Cibeureum Wetan via Pengerukan pasir dan tempat pembuangan
sampah. Pengerukan pasir ini terus menerus berlangsung tanpa henti selama 24
jam. Supir-supir truknya baik sekali, kami diperbolehkan menumpang menuju kaki
tampomas. Di kaki tampomas ada Tempat Pembuangan Akhir dari sampah-sampah.
Tidak terurus dan aromanya bau sekali. Berjalan 30 menit dari sana, akan ada
Pos I di pinggir hutan pinus.
Kami mulai mendaki memasuki kawasan hutan pinus yang
rindah dan penuh semak. Ada jalan yang cukup untuk mobil, hanya saja
benar-benar tidak terurus. Setelah sekitar satu jam, kami tiba di kaki gunung
karang. Gunung karang adalah bukit kecil yang menempel pada gunung tampomas di
sebelah kanan, jika kita melihat tampomas dari Cimalaka. Gunung karang ini
menjadi jalan masuk menuju pos II, III dan IV.
Pendakian Gunung Tampomas ini melewati enam pos dengan
jarak antara pos sekitar satu jam. Vegetasi hutan Tampomas terdiri dari pinus
di lereng bawah, tumbuhan paku-pakuan, jamuju, salak, semak belukar, dan
pohon-pohon hutan hujan. Medang yang paling berat berada di pos V dan VI. Dimana
kami harus melewati Sanghyang Taraje dan Sanghyang Tikoro. Medan kedua
Sanghyang ini benar-benar penuh bebatuan. Ketika mendaki, tangan dan lutut
seakan bertemu. Batu-batuannya licin dan mudah jatuh.
Ketika sampai di puncak, jangan membayangkan akan ada
kawah seperti di Gede atau Ciremai, karena kawah di Tampomas ini seperti goa
vertikal yang memanjang. Kawahnya berada beberapa meter di samping puncak. Ngeri
sekaligus takjub ketika mengintip ke bawah kawah.
Dari puncak Tampomas, kami dapat melihat Sumedang di
bawah sana sekaligus gunung Ciremai dan perbukitan. Sungai-sungai tampak
meliuk, serta hutan pinus yang meruncing tajam. Beberapa jam kami habiskan
untuk menikmati puncak, juga shalat dhuhur berjama’ah. Sebelum turun, kami
bertemu rombongan pendaki dari daerah Citimun yang baru saja tiba di puncak.
Ketika turun, kami mengambil jalur Padayungan. Kami
melewati hutan pinus dan kawasan makam atau pasarean. Ada dua buah makam di
area tersebut, katanya adalah makan Prabu Siliwangi dan Dalem Samaji.
Perjalanan turun ternyata lebih lama dari pendakian. Jika ketika naik kami
membutuhkan waktu empat jam, maka turun kami membutuhkan waktu sekitar lima jam
lebih. Ini karena kami salah mengambil belokan sehingga kami harus memutar
daripada tersesat lebih dalam menuju jurang.
Jelajah kali ini, kami berterima kasih kepada Rabb yang
telah memberikan banyak karunia. Kepada orangtua kami, komunitas JBA, teman-teman,
supir truk, ibu berbaju merah, kawanan pendaki Citimun, dan penduduk desa
Padasuka.
Sunrise di lereng Tampomas. Foto: Dokumen Pribadi |
Melewati hutan pinus. Foto: Dokumen Pribadi |
Awal mula pos IV. Foto: Dokumen Pribadi |
Happy Milad Rezko, teman satu JBA yang tidak bisa ikut. Foto: Dokumen Pribadi |
Puncak Tampomas, 29 Juni 2013. Foto: Dokumen Pribadi KKN di Sumedang ternyata memberikan pengalaman yang menarik. Dan saya yakin, ...