Pesona Pantai Santolo

Gerbang Pantai Santolo. Foto: Koleksi Pribadi


Assalamu’alaykum
Selamat malam langit yang memajang bulan sabit juga beberapa bintang. Selamat malam ikan-ikan yang mulai lelah berputar-putar.
Selamat malam.

Ini adalah sebuah obrolan santai. Cerita tentang perjalanan saya beberapa waktu yang lalu. Kemana? Ya, sebaiknya lanjutkan saja membacanya sampai selesai.

Pantai. Terbayang tetiba adalah, sebuah batas antara daratan pasir dengan luasan air asin. Asik sekali memang ketika berjalan hanya menggunakan kaos kaki di sepanjang bibir pantai. Sengaja menunggu ombak menyapu kaki dan membiarkannya basah. Belum lagi suara deburan yang tak pernah berhenti. Alunan relaksasi yang indah.

Jadi, saya mengunjungi Pantai Santolo (lagi). Ini adalah kali kedua setelah tahun lalu saya juga pernah berkemah di sana. Pantai Santolo adalah salah satu pantai yang ada di Daerah Pameungpeuk, Kabupaten Garut, yang masih belum banyak pengunjung. Mungkin ada beberapa alasan. Pertama, karena lokasi pantai ini cukup jauh dari pusat peradaban manusia. Bukan berarti tidak ada kehidupan disini. Hanya saja memang jauh sekali dari pusat modernitas dan pembangunan. Butuh waktu sekitar empat sampai lima jam dari Garut Kota.

Kedua, pantai ini sulit dijangkau oleh alat transportasi. Jika tak punya kendaraan pribadi, maka hanya ada angkutan umum berupa elf. Dan itupun tak setiap saat hadir. Biaya dari Garut Kota ke Pameungpeuk (Pemberhentian terakhir) sekitar Rp 15.000. Biaya ini belum ditambah Rp 2.500 untuk angkutan laut bernama mios yang akan mengantarkan kita menuju Pantai Cilautereun. Dari pantai ini, kita dapat langsung menyebrang menuju Pantai Santolo menggunakan perahu nelayan. Juga dengan biaya Rp 2.000.

Hal terakhir, yang membuat Pantai Santolo masih “asing” adalah karena pemasaran yang kurang optimal dari pemerintah. Terbukti dengan pengelolaan tiket dan penataan tempat yang kurang terawat. Benar-benar alami.

Sebenarnya, saya secara subjektif senang juga kalau Pantai Santolo ini tidak terkenal. Ini berarti, kealamian pantai akan tetap terjaga. Betapa saya merasa pesimis dengan perilaku manusia kekinian. Termasuk saya sendiri, yang malah memberikan informasi tentang pantai ini di sini.

Satu hal. Bolehlah datang ke Pantai Santolo. Saya akui, pantai dan karangnya memang indah. Air lautnya menghijau-biru. Nyaman sekali dalam kornea dan hati. Namun dengan syarat, cintai mereka dengan menjaganya. Sampah yang dibawa, bawa pulang jugalah.

Salah satu sisi Pantai Santolo. Foto: Koleksi Pribadi

You Might Also Like

25 comments

  1. mana pantainya kak pita...?? kok ga keliatan

    BalasHapus
  2. emang sih gak bsa dipungkirin,jika suatu objek wisata rame dkunjungi emg rentan dg smpah..
    ya smga aja,yg brkunjung ksana sllu mnjaga kebersihan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kak. Saya prihatin dengan kurangnya kepedulian kita kepada lingkungan.

      Hapus
  3. aaak bagus pantainya Kak >,<
    pantai-pantai di Lombok juga gak kalah bagusnya lho..
    hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, Lombok juga punya banyak pantai yang indah, Kak Eva :)
      harus terus dijaga biar tak banyak sampai..

      Hapus
  4. kadang pantai yg udah dikenal malah jd kotor. Enak yg masih sepi, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. idealnya, semakin dikenal semakin terjaga ya bun. tapi begitulah kita sebagai manusia..

      Hapus
  5. Datang mengunjungi blog sahabat,..... semoga tambah ramai dan semakin banyak orang yang mengunjungi :)

    BalasHapus
  6. asa kenal sama foto yang bawah :p

    "Sebenarnya, saya secara subjektif senang juga kalau Pantai Santolo ini tidak terkenal. Ini berarti, kealamian pantai akan tetap terjaga. Betapa saya merasa pesimis dengan perilaku manusia kekinian. Termasuk saya sendiri, yang malah memberikan informasi tentang pantai ini di sini."

    yuk yakin sama Alloh. yang menentukan alami ato rusak nya pantai itu bukan manusia kekinian atau keduluan kok.. sedikit aja berfikir seperti itu, sudah membuat kita tanpa sadar menanam bibit keyakinan bahwa manusia penentu sesuatu, dan itu artinya syirik.. houwoo syirik tanda tak mampu, tak mampu jadinya syirik, jeng jeng jeng *nyanyi lagunya BIP

    ya seperti katamu, klo kesana ya bersikap baik, tidak meninggalkan apapun kecuali jejak dan kenangan. sampah wajib dibawa, selebihnya berdo'a semoga Alloh menjaga pantai ini tetap beriman (bersih indah nyaman)

    maap kepanjangan komen, iseng2 aja, dihapus jg gpp kok :mrgreen:

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukankah memang manusia itu khalifah di muka bumi?
      let's see:
      17:15
      10:108
      39:41
      34:50

      koreksi saya jika saya salah, akh.

      Hapus
    2. iya memang betul sekali.. memangnya saya bilang manusia bukan khilafah? :p
      tp khilafah pun bukan penentu sesuatu, bahkan membersihkan dirinya aja khilafah tidak akan bisa tanpa izin Alloh.. tetep ga mudeng ya? yasudah memang berat kok, ga usah dipikirkan lebih lanjut jika memang belum waktunya, ato langsung ke aagym aja, mungkin beliau lebih bisa menjelaskan cara berfikir ke tauhid an secara sederhana

      Hapus
    3. iya. saya masih awam.
      Ilmunya masih sedikit ^_^

      Hapus
  7. Semakin terkenal sebuah objek wisata kadang menjadi boomerang bgi tempat itu dgn bnyakny 'jejak' manusia berupa sampah. :)

    salam kenal.

    BalasHapus
  8. Bagus banget pantainya >_<

    Tapi sayang kalo masih belum dikenal mah pasti susah kendaraannya (biasanya) dan juga mahal biaya transportasi serta lamanya waktu tapi kalo udah sampe disana kayaknya terbayarkan ya. kapan2 harus coba nih ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak :)

      rute ke sana memang lumayan sulit, kak. kendaraan umum masih jarang juga :)

      Hapus
  9. jd pngen refresh ke pntai ni, dah lama gak lbur. soalnya di langit gak da pntainya...

    BalasHapus
  10. kalau menurutku bila pantainya masih bagus dan bersih serta gratis, wisata ke pantai tersebut tetap layak

    anggap saja akses sulit sebagai nilai adventures :D

    BalasHapus
  11. Pengen banget ke sini, tapi belum kesampean :(

    BalasHapus