aku dan dia
cerita pita
in my December
Keseharian
kotak ceritaku
psikolog
~9 Cerita Jika: Jika Istrimu Seorang Psikolog
Psychologist |
Psikologi adalah
bidang keilmuan yang saya pelajari sekarang. Spesifiknya, saya mempelajari
psikologi pendidikan antop anak. Saya belajar memahami kejiwaan individu secara
keseluruhan, baik itu bayi, anak, remaja, dewasa, dan orangtua yang dikaitkan
dengan pendidikan. Namun, saya juga lebih fokus untuk mengaji perihal anak.
Usia prenatal (ketika di dalam kandungan atau konsepsi) hingga usia SMP kelas
7-8.
Dari sebuah tumblr, saya sedikit menarik senyuman tentang catatan di bawah
ini... yaaa ini mungkin untuk siapapun yang nantinya mempunyai istri seorang
psikolog.
Suatu hari jika kamu menemukanku sebagai istrimu, satu hal yang pertama
kali ingin aku sampaikan. Satu hal yang aku ingin agar kamu tahu, paham, dan
selalu ingat. Bahwa aku, tidak bisa membaca pikiranmu. Aku bisa memahamimu
hanya jika kamu menunjukkan kepadaku apa yang harus aku pahami. Kita berdua
dahulunya orang yang saling tidak mengenal bukan? Jika suatu hari aku belum
paham tentang jalan pikiranmu, perasaanmu, persepsimu terhadap sesuatu,
keinginanmu. Tolong bersabar, pemahaman butuh waktu. Jika kau bersabar, aku
akan setia belajar.
Suatu hari jika kamu menemukanku sebagai isterimu, satu hal yang aku minta
kepadamu. Support, dukungan, motivasi, sudut pandang positif,
afeksi. Apapun itu istilahnya. Yang aku inginkan bahwa kamu paham, aku juga
manusia biasa yang kadang lemah, kadang murung, bad mood, down,
kecewa, putus asa, kadang bisa kesal dan marah. Dan jika itu terjadi, aku ingin
kau selalu hadir disisiku. Nyata ataupun maya. Membantu memperbaiki moodku,
meluruskan niatku, memotivasi jiwaku, meredakan amarahku, menerangi
kebingunganku. Sekecil apapun itu, aku akan sangat berterima kasih.
Jika suatu hari nanti kamu menemukanku sebagai isterimu, jangan pernah
mengatakan ‘kamu kan psikolog!, harusnya…”. Aku tahu tentang
perkembangan manusia, perkembangan yang berakibat baik dan buruk. Jika
perkembangan itu dimulai dari masa dewasa, masa ketika aku kuliah Psikologi.
Maka aku yakin aku bisa menjadi manusia yang sempurna untukmu. Tetapi sayang,
perkembangan manusia itu dimulai dari sejak kita bayi. Tentu aku mengalami
masa-masa buruk, masa-masa yang tidak terlalu mendukung perkembanganku.
Masa-masa yang kadang traumatis dan menyedihkan. Masa-masa yang
menyisakan unfinish business dan memberi bekas padaku
hingga saat ini. Jangan pernah katakan ya?
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai isterimu. Maukah kau mendengarkan
konsep-konsep kehidupan berumah tangga yang aku pelajari dan aku pahami?
Mendengarkan saja dulu. Tentang komunikasi yang akan kita terapkan, tentang
fungsi dan peran masing-masing diri dalam rumah tangga, tentang aturan-aturan
yang harus kita jaga dan patuhi. Dan yang paling utama adalah bagaimana kita
mengkonsep dalam mendidik anak. Tentu aku punya pertimbangan secara psikologis
dalam semua hal itu. Untuk itu aku membutuhkanmu untuk mendengarkan. Karena aku
paham, yang menjalani rumah tangga ini bukan aku, tapi kita. Pun ketika kamu
memiliki konsep konsep yang lain, aku sangat mau untuk mendengarkannya.
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai isterimu nanti. Tolong jangan
terganggu dengan orang-orang yang senang curhat kepadaku. Mereka yang menelpon
tengah malam, yang tiba-tiba datang kerumah. Diantara mereka ada yang mungkin
klien yang tidak aku kenal. Namun, diantara mereka mungkin juga
teman-temanku sendiri. Diantara mereka, ada yang perempuan juga ada laki-laki.
Untuk kau tahu, jika dalam dunia psikologi ada kode etik yang tidak boleh
mencampurkan urusan pribadi dengan masalah klien, tetapi jika klien itu teman
sendiri? Atau teman sendiri yang tidak mendaftar resmi sebagai klien tetapi
meminta nasihat sebagai teman yang kebetulan psikolog? Maka tolong
bersabar, jangan terganggu. Aku ingin kamu selalu ada disitu, untuk selalu
mengingatkanku.
Jika suatu hari kamu menemukanku sebagai isterimu. Bolehkah aku tinggal
dirumah saja? Mendirikan biro konsultasi dengan klien yang sangat terbatas sebagai
janji profesiku, karena Aku ingin selalu hadir dalam setiap perkembangan
anak-anak kita. Aku ingin selalu ikut campur dalam mengajari moral, emosi,
sosial dan intelektual. Bolehkah aku menjadi guru utama anak-anak
kita? Maksudku, mungkin ini sedikit ekstrim. Bolehkan anak-anak kita sekolah di
rumah saja? Bersamaku? Jika nanti anak-anak kita berontak dan ingin bersekolah
bersama teman-temannya, bisa kita pertimbangkan bukan untuk menyerahkan seluruh
perkembangan anak ke lembaga sekolah, tapi hanya untuk perkembangan sosial
saja. Aku tidak terlalu berhasrat memiliki anak brilian. Sorry for that.
Aku sangat berhasrat agar anak kita memiliki kematangan emosi dan pertimbangan
moral yang baik. Aku sudah mempelajari caranya, itu bisa dilatih. Tentu dengan dukungan
dan restumu. Jika nanti anak kita tumbuh brilian, itu adalah bonus dari Allah.
Jika kamu menemukanku sebagai isterimu, ketika kita memiliki anak-anak
kecil dan remaja, bolehkan kita tinggal di pinggir kota saja? Tidak masalah
tinggal di tempat seperti apa. Kota, bagiku tidak baik untuk perkembangan
sosial anak kita.
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai isterimu, aku ingin kita selalu
memiliki waktu, untuk saling memeluk dan diam untuk beberapa saat. Agar aku
selalu merasakan keberadaanmu, kaupun selalu merasakan keberadaanku. Dan
merasakan detak jantung kita menjadi satu.
Psikolog juga manusia..
Salam hangat dari saya :)
22 comments
Kapten... Dengerin itu yaa...
BalasHapusDengerin dan tiba-tiba pusing. Haha...
HapusHahaha nih #kasihaspirin
HapusKasih surabi +pepes dicampur kuah air holecin biar neg tambah pusing sekalian hehe...
Hapuskasih iakn peda goreng, sambal, dan sayur aseeem.
Hapusaku ngileeer O~O
karena cinta,
BalasHapuskerja menunggu nyata...
#Serius
Ngga ngerti kak ...
HapusMasya Allah.. aku juga mau jadi psikolog.. ^__^
BalasHapusEh tapi kak, kata beberapa temanku, menpelajari psikologi sebenarnya tidak semenyenangkan yang aku pikirkan, apa benar?
setiap hal punya dua sisi... selalu begitu kak.
HapusSejauh ini, menyenangkan saja. tugas-tugasnya saja sering tidak terlalu rasional #curhat
hehe
lalu bagaimana ya kalau saya nanti bilang sama calon istri saya,
BalasHapussuatu hari nanti kalau saya jadi suamimu bagaimana kalau kita berhenti tentang memhamimu, mendukungmu, dan lain2 yang hanya untukmu istriku, karena yang paling awal harus dilakukan adalah kesepakatan, maukah kau juga melakukan hal yang sama soal mendukung dan segala macam tetekbengeknya untukku, karena 100% yang sempurna adalah 50:50 jadi kalau kita tidak melakukannya bersama dengan usaha yang sama besar seimbang lebih baik kita akhiri omong kosong ini, hehe..
semoga calon istri abang mengerti :P
Hapusbaru tahu,.. ternyata kakak ini adalah psikolog ya..
BalasHapushidup darah ungu!!
psikolog juga manusia, dokter juga manusia yang juga boleh sakit..
sip, salam kenal..
oh iya, selamat ya telah menang GA untuk "sehari tanpa gadget" sebagai pemenang tulisan terbaik.. selamat ya,. dan selamat.. aku catat tuh tanggal, tepat tanggal 07 desember 2013. sekali lagi, selamat... keep spirit for blog for give the best at life.
darahku masih merah. ehehe
Hapusterima kasih kak Aghaa... alhamdulillah jadi peserta paling innovatif. :)
mengena banget nih ka kata-katanya :)
BalasHapusalhamdulillah :)
Hapusbenar kiranya kalau kota memang memiliki sisi tidak baik bagi tumbuh kembang anak. tapi nggak melulu seperti itu :)
BalasHapusSisi baik dan sisi buruk. Setiap tempat punya itu, tapi lebih baik memilih yang sisi baiknya lebih banyak ya, kan?
Hapusaku baru tau nih
BalasHapusberarti informasi baru nihh :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusizin share yah :) bagus sekali infonya.. :)
BalasHapusOke mbak Gith :)
Hapus