Aku dan Rabb
bersyukur
cerita pita
Keseharian
kotak ceritaku
mengeluh
Hal yang Sering Terlupakan
Berpikir ulang untuk mengeluh. Ilustrasi: Sumber |
Siang itu,
dua orang perempuan saling berpegangan di depan sebuah restoran cepat saji. Mereka
saling memandang lalu tertawa bersama. Salah satu diantara mereka berkata bahwa
ia takut terhempas oleh angin kencang ini. memang benar, angin sedang
kencang-kencangnya. Bagi mereka yang bertubuh mungil memang menakutkan.
“Tadinya
aku mau ngajak kamu makan di sana.” Ucap Milah, perempuan berkhimar1
abu-abu lalu nyengir kuda. Perempuan satu lagi Riyani namanya, dia mengenakan
khimar berwarna peach kemudian
mengatakan hal yang sama. Dia berkata, “Aku beraninya ngajak kamu makan es krim
aja, soalnya es krim kan lembut. Aku pikir kita boleh kok makan yang lembut.”
Milah
tertawa mendengar ucapan sahabatnya. Kini, mereka tengah duduk di trotoar dalam
naungan pohon rindang di salah satu pinggir jalan raya Bandung. Mereka beristirahat
sejenak karena mereka memang sedang sakit.
“Enak ya
kalau bisa makan ikan bakar.” Ucap Milah.
“Es
kacang merah. Asli Palembang. Wuuh..” Timpal Riyani.
“Eh, Ri.
Aku pernah baca tentang suasana Idul Adha di Suriah.”
Milah
kemudian bercerita bahwa Indonesia memberikan hewan kurban kepada muslim di
Suriah. Yang istimewa adalah ketika Idul Adha itu ada seorang kakek yang
menangis bahagia hingga tak bisa berjalan.
“Tapi
dia terus saja menengadahkan tangan sambil terus bersyukur. Kakek itu menangis.
Saking bahagianya" Papar Milah.
“Karena
dapat daging ya, Lah?” Tanya Riyani. Milah mengangguk. Milah kemudian berkata
bahwa muslim di Suriah sana jarang sekali makan daging. Jadi ketika idul adha
itu, adalah momen yang istimewa untuk mereka. Mereka benar-benar terharu,
karena ada saudara yang memperhatikan mereka.
“Padahal
ya, itu kan bukan dari Indonesia.. oknum yang dermawan saja. Aku jadi malu,
kita bisa saja makan daging tiap hari di sini. Lupa sama mereka, tapi masih aja
disebut saudara.” Jelas Milah lagi.
Riyani mengangguk,
“Iya.. banyak yang malah ngga bisa makan sama sekali. Berarti aku egois loh,
Lah.”
“Kita,
Ri. Kita egois. Mikirin perut kitaaa aja terus.” Tutur Milah. “Kita seringnya
hanya memikirkan apa yang akan kita makan hari ini. Lalu lupa, bahwa di luar
sana banyak sekali yang bahkan tidak bisa makan. Mereka memikirkan, apakah
mereka masih hidup hari ini.”
“Ada
tujuh milyar manusia di bumi ini.. kebanyakan adalah orang-orang yang susah. Ketika
aku harus mengeluh karena cuman bisa makan bubur aja. Apa tidak malu sama
mereka yang sama sekali ngga bisa makan?” Ucap Riyani.
“ Iya,
Ri. Kita harusnya bersyukur.”
“Jadi
kalau mau mengeluh, mikir lagi deh.”
✿✿✿
1 Khimar: di dalam surat An-Nur ayat 31 adalah
kain kerudung yang digunakan wanita untuk menutup kepala sehingga tertutup
rambut, leher, anting-anting dan dada mereka.
37 comments
Certanya seru...dan ada pelajaran buat jd renungan :)
BalasHapusalhamdulillah jika pelajarannya sampai :)
Hapusbelajaran berharga ni.. sangat berharga..
BalasHapusuntuk yang selalu ingin belajar
HapusJadi teringat teman yang mau ajak makan diluar anak dan istrinya tiba2 baca berita ttg kondisi suriah, akhirnya mereka hari itu ga jd pergi. Kondisi di Indonesia mesti nya bisa membuat kita jauh lebih bersyukur namun terkadang nafsu inilah yang harus dilawan.
BalasHapus#ga tanya holecin lagi cuma ngebayangin ajah
waah.. subhanalloh.
Hapusiya mas, dengan tinggal di Indonesia saja kita perlu bersyukur..
Kita sering lupa bersyukur atas segala kenikmatan yang Alloh berikan. Bahkan sekedar semur telor saja bisa membuat orang bahagia. hihihi
BalasHapusiya mak.. nikmat Allah banyak yang sering terlupa.. allohumagfirlana..
HapusKemungkinan minggu depan mau ke jakarta siapin semur telor ya mom..
Hapushidih, sering amat ke rumah emak..
HapusJangan ngerepotin aja, mas! haha
Ada yang pengen tuh sepertinya hihi..
Hapus*yang direpotin seneng kok (ngaku2)
Iya. Pengen sekali makan semur telor bikinan emak. Tapi sekarang, bersyukur dulu bisa makan bubur bertabur seledri, bawang dan ayam.
HapusNanti, aku pasti ke rumah emak. Ngacak-ngacak :D
mesti bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang.....
BalasHapus:D
betul sekali kak. Kalau saja kita merasa tidak berkecukupan, murrabiah aku selalu bilang: Cobalah hitung nikmat-nikmat yang tidak bisa kamu beli dengan uang. Maka kau akan merasa bahwa kau adalah orang kaya. cukup."
HapusBetapa kita perlu untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.
BalasHapusBetapa kita perlu membangun rasa yang sama terhadap saudara-saudara seiman di mana pun mereka berada.
Iya, kak. Bersyukur membuat kita merasa cukup. Merasa egois sekali jika kita tak bersyukur dan lupa kepada mereka yang belum tentu lebih baik dari kita. Mereka bisa saja berjuang untuk menjadi seperti kita. Sedangkan kita bahkan tak berterima kasih atas apa yang kita punya sekarang.
Hapusalhamdulillah bisa makan bubur dari pada ga bisa makan, miris banget bacanya :"(
BalasHapusseperti biasa, selalu ada pesan moral yang menabjubkan di setiap postingan.
jadi iri :((((
iya kak. Alhamdulillah masih bisa makan bubur. Di luar sana banyak yang bahkan ngga bisa makan. Bersyukur untuk semua yang kita dapatkan ^_^
HapusSuka malu kalau udah baca postingan macam gini, suka sering ngeluh makan ini-itu nggak enak padahal diluar sana banyak yang nggak bisa makan :'(
BalasHapusyap. Saling mengingatkan, kak. Karena saya juga seringnya lupa kepada mereka yang tidak lebih baik dari kita :')
HapusWahai penulis cerita ini, aku dapet titipan pesan dari sahabatku :
BalasHapus"Salam ya buat Riyani, aku ingin sekali engajaknya muncak ke Gunung-gunung. Tapi sekarang dia lagi sakit, semoga saja segera sembuh total dan tidak lagi hanya memakan bubur tapi bisa makan kwetiau, pisang bakar, dan sup iga. Sekali lagi sampaikan salam untuk Riyani, aku rindu memuncak dengannya! :)" by Muhammad Siinai Altamis
Kata Riyani:
Hapus"hei Siinai! Mau diajak muncak kemanaaaaaaaa??? *teriak-teriak*
aku sudah sehat.. tapi belum bisa makan yang keras-keras. Bekal biskuit dan beras buat mendaki bisaaa... sangat bisaaa. hayuk muncak!"
Hai kalian berdua...
HapusSuka sekali dengan cara kalian bersapa. Bak pujangga saja.
sepakat sama bunda niken... :D
HapusEmaak :
HapusHalo, mak! ;P
kita emang pujangga-pujangga.
Pujangga yang selalu bahagia :D
Kang Adi:
Jiaah :D
masih ada yang lebih baik daripada berfikir untuk tidak lagi mengeluh,
BalasHapusyaitu berhenti berfikir soal itu dan berhenti menghabiskan lebih banyak waktu,
lakukan sesuatu yang lebih real, tidak berkutat pada khayalan karena detik ini juga kita bisa menggerakkan badan untuk melakukan hal kecil bermanfaat, sampai kita tidak lagi mementingkan apakah tindakan kita mendapat apresiasi atau tidak.
mungkin nanti kita juga akan lupa telah melakukan hal baik apa saja karena terlalu banyak yang dilakukan dalam satu hari.
Tindakan nyata, that's it bang!
Hapusketika kita hanya mengingat diri sendiri, emang terkadang lupa dengan orang lain dan lupa cara bersyukur,.. semoga kita bisa utk selalu bersyukur pada-NYA.
BalasHapusaamiin. Insha Allah kak :)
Hapusindah rasanya klo ada teman saling mengingatkan dlm kebaikan..
BalasHapustrims ceritanya !
iya. Beruntung sekali mereka saling mengingatkan :)
Hapusterima kasih kembali untuk kunjungannya
syukuri nikmat yang kita dapatkan... karena diluar sana, banyak yang masih serba kekurangan
BalasHapusAlhamdulillah ya Rabbi :')
Hapushidup seharusnya untuk disyukuri bukan untuk mengeluh yang berkepanjangan, karena mengeluh tak akan menyelesaikan masalah, justru kita akan terus dicoba dan dicoba. Senyatanya dengan bersyukur kita akan tahu bahwa masih banyak orang yang berada di bawah kita yang hidupnya lebih sengsara dan kekurangan....terima kasih atas pencerahannya
BalasHapusiya, kak ;)
Hapuskembali kasih.. semoga bermanfaat
hal yang sering terlupakan. yaah..
BalasHapusbahwa sering kali kita lupa bersyukur, tapi keterbatasan membuat kita menjadi lebih sensitif dengan hal2 semacam ini sepertinya, pit :"")
semoga kita termasuk golongan orang2 yang pandai bersyukur yaah. aku rindu :"")
iya put..
Hapusempat minggu terakhir ini, berasa terbuka semua fakta-fakta tentang sudah sepantasnya kita bersyukur :')
aamiin aamiin.
hihi.. aku juga rinduuu tauuuk. Kamu sudah mendekat, tapi tetap saja belum berjabat.