cerita pita
kotak ceritaku
sang filsuf
tentang menyukai rasa tidak suka
Sang Filsuf di Kantin Lima Botol
Ilustrasi: Kantin Lima Botol Sumber: di sini |
Assalamu’alaykum
Selamat sore, sahabat blog!
Apa kabar? Alhamdulillah, Nopember diawali
dengan sebuah cerita di Kotak Ceritaku. Kali ini Pita akan bercerita tentang
seorang teman. Jangan khawatir, teman saya benar-benar nyata dalam postingan ini. Benar-benar manusia! Tapi
sebelumnya, saya ingin mengucapkan Selamat
Tahun Baru Hijriah 1435H. Semoga tahun baru ini menjadi momen dimana hijrah bukan hanya menyoal tentang jarak, tetapi juga tentang kualitas
:’)
Sahabat, saya pernah bercerita tentang
botolan rindu yang secara diam-diam saya pinjam botolnya dari kantin bu Susi.
Namanya kantin lima botol. Lokasi kantin ini tidak jauh dari perpustakaan yang
hampir setiap hari saya kunjungi. Perpustakaan memang ‘rumah’ saya, banyak
makanan untuk kepala saya.
Namun, akhir-akhir ini perpustakaan tidak
kondusif. Mungkin karena sedang renovasi sehingga banyak suara-suara yang semestinya
tidak hadir di sana. Interior
perpustakaan akan dirombak, kata kepala perpustakaan. Saya merasa senang
mendengarnya, hanya saja waktu pengerjaannya benar-benar melorot. Sudah beberapa
bulan, tapi belum juga tuntas. Akhirnya, saya menjadi sering melipir ke kantin
lima botol karena ternyata di kantin ini lebih nyaman. Ada bu Susi dan
cerita-cerita romantisnya.
“Kemarin, tukang interiornya ke sini. katanya habis nanya-nanya ke perpus.” Ucap Bu
Susi ketika saya menceritakan lamanya renovasi perpustakaan. Saya kemudian
bertanya beberapa hal tentang tukang interior
itu.
“Orangnya baik, pit. Dandanannya perlente. Persis
eksekutif muda. Wajahnya selalu sumringah pada siapapun. Ibu saja sampai
terpesona!”
“Oh gitu ya, Bu? Saya kok jadi penasaran ya.” Ucap saya lalu menyeruput minuman saya. Campuran lemon madu dan kayu manis, ditambah es
batu.
Oke, skip
~ cerita ini bukan tentang si tukang interior
yang lama sekali mengerjakan proyeknya. Karena sampai saat ini, saya belum
bertemu dengan dia. Mungkin kami punya jadwal berbeda untuk bersantai kantin
lima botol. Lupakan dia dulu.
Postingan
ini tentang teman saya yang adalah
seorang filsuf. Saya bertemu dengan dia di kantin lima botol juga *makanya saya
bercerita tentang kantin lima botol dulu—juga tentang tukang interior—katakanlah sebagai prolog
(panjang).
Kami berteman belum lama. Sebuah percakapan
tak sengaja mempertemukan kami. Kala itu, langit menggantungkan beberapa awan
berwarna abu. Saya sedang di perpustakaan, sudah selesai dengan tugas, lalu
berencana pulang. Hanya saja, hujan kemudian menahan saya hingga semesta me’melipir’kan
saya menuju kantin lima botol.
Satu dari lima meja sudah terisi. Saya memilih
duduk di dekat jendela sebelah kiri menghadap dapur kecil tempat menu-menu di
ramu. Bu Susi keluar dari dapur, membawa minuman kesukaan saya. Campuran lemon
madu dan kayu manis. Kali ini tanpa es batu. Saya tersenyum. Sungguh! Bu Susi
punya indera keberapa hingga tahu bahwa saya akan memesan minuman itu! Seru
saya.
Sayangnya, ternyata Bu Susi tak menuju meja
saya, beliau menuju meja yang berada di dekat jendela sebelah kanan. Seorang laki-laki
berkacamata sedang berkutat dengan netbuk
putihnya. Dialah sang filsuf.
“Neng Pita, holecinn-nya habis. Mau minum apa dong?” tanya Bu Susi. Holecinn~ Honey Lemon Cinnamon. Minuman kesukaanku.
“Yah, Ibu. Suasana hujan begini, enaknya kan holecinn hangat.”
“Lemonnya habis. Mau tanpa lemon?”
“Nanti rasanya gimana? Lagian itu kan tidak
ada di menu.”
“Oh iya! Dilarang memesan selain yang ada di
menu.” Bu Susi berseru ketika saya mengingatkan tentang filosofi kantin lima
botol ini.
Ilustrasi: Holecinn kantin lima botol. Sumber: di sini |
“Bu, bawakan satu gelas kosong saja. Saya mau
berbagi dengan perempuan ini.” Tetiba, sang filsuf duduk di depan saya dan
meletakkan satu gelas Holecinn di
antara kami.
“Ah! Tidak usah begini, mas! Saya bisa
memesan minuman lain loh.” Saya mencegah kebaikan sang filsuf. Lalu berpaling
ke arah Bu Susi yang berjalan menuju dapur. “Bu, saya pesan ekspresso saja.”
Sayangnya, Bu Susi lebih setuju dengan ide
(tak biasa) sang filsuf. Bu Susi membawa satu gelas kosong untuk saya, juga
satu cangkir madu dan sepisin kayu manis parut.
“Mas, silakan dinikmati sendiri saja holecinnn-nya. Saya bisa datang ke sini
besok. Saya minum ekspresso saja.” Ucap saya lagi.
“Hei, apa yang kamu ketahui tentang hidup dan
tujuan?” Tanya sang filsuf.
Dia tak mendengarkan ucapan saya. Malah bertanya
tentang hidup dan sebuah tujuan. Bathin saya. Siapa dia?
Kini, kedua alis saya hampir bertemu. Saya memperhatikan
dia. Kemeja batik pendek, celana coklat tua, jam tangan hitam dan kacamata dengan
frame berwarna hitam juga.
“Kamu perempuan idealis. Hebat sekali!” ucap
laki-laki itu.
~~
Begitulah pertemuan pertama kami. Tidak biasa,
dan saya tak menyukainya! Butuh pemikiran mendalam untuk memahami dia. Hanya saja,
saking seringnya kegiatan ‘melipir’ ke kantin lima botol membuat saya terus
bertemu sang filsuf. Dia ternyata seorang dosen muda. Dosen filsafat di
beberapa fakultas universitas ini. Kegiatannya selain mengajar adalah menulis
dan melamun.
“Apa yang sedang kamu lakukan, mas?” tanya
saya yang duduk di kantin lima botol. Kami satu meja sekarang.
“Ini tentang rasa tidak suka.” Jawabnya.
Saya benar-benar perlu duduk lama sebelum
merespon ucapannya. Kata-katanya membuat saya pusing.
“Rasa tidak suka bagaimana?”
“Tentang menyukai hal yang tidak kita sukai.”
Dia berkata.
“Sugesti?” tanya saya.
“Kita tak perlu merubah persepsi kita tentang
hal yang kita tidak suka. Tetaplah tidak menyukainya. Terserah, sedalam apapun.
Hanya saja, kita harus belajar menyukai rasa tidak suka itu. Menyukai ketidaksukaan
kita. Menikmatinya hingga tahu bahwa kita memang benar-benar tidak suka. Hingga
akhirnya kita tahu bahwa apa yang tidak kita sukai adalah sesuatu yang membuat
kita tumbuh menjadi seseorang yang matang.”
Aku beberapa kali menelan ludah untuk
mencerna ucapannya.
“Sukailah rasa tidak sukamu. rasa tidak suka
tidak selalu tidak baik.” Ucapnya.
Begitulah sang filsuf mengajari saya tentang
perasaan tidak suka. Sebenarnya banyak yang dia bagikan kepada saya, hanya saja
ternyata postingan ini sudah cukup
panjang. Nanti saya akan lanjutkan.
Selamat sore :)
61 comments
Aq sendiri ga ngerti kenapa aq mau baca tulisan bingungin begini tapi aq coba tuk mengerti meski susah tuk dimengerti mencoba menyukai keadaan yang tak ku sukai #ngomong apa aq ini ah sudahlah aq sendiri tak memahami
BalasHapusanggap saja latihan menyukai hal yang tidak mas sukai :D
HapusMenyukai yang tidak kita suka? Mak mencoba mencernanya sambil bawa gelas kosong... *bagi dikit dong holecinnnya... ^_^
BalasHapusaduh mak. pita saja susah sekali mencerna kata-kata sang filsuf. ckckck
Hapusholecinnya cuma buat aku sama sang filsuf aah.. mak ngga akan dibagi
Mak... Ingat aq tadi udah ngatri juga mau minta helocinnya jugaa.. Tapi malu ngungkapinnya.. Eh mak malah tiba2 datang bawa gelas..
Hapusholecinn mas holecin.. honey lemon cinnamon
Hapusooh ternyata mas topik mau juga.. ngga akan dibagi ah.. cuma buat aku sama sang filsuf. :P
Iya holeciinn.. Ah masak ga di bagi.. Padahal surabi durian ga kebagian juga
Hapus*Momy... Bikinin donk
iya mas.. holecinn ini minuman langka alias jarang ditemukan :D
Hapusjadi, sayang banget kalau cuma dibagi sama mas topik. hihi
nah, minta momy aja dibikinin, sekalian pita juga #eh
Weekend ini diagendakan Mau ke rumah emak ah.. Minta di bikinin holecin dan semur telor sepertinya asik nih
Hapuswaah serius? pita ikuut...
Hapusweekend ini beneran ngga ada kegiatan..
Iya in syaAlloh sabtu besok sama kakak ridwan juga.. Kurang tau siapa lagi cuma kak rd masih was2 kalo ada tugas dadakan :(
Hapuswuuuh seru kayaknya :D
Hapussiapa yang mau jemput ke Bandung? haha
Meluncur aja deh ke jakarta hubungi emak ato kak rd..
Hapuswaah.. kalau ke jakarta ngga kuat ah.. nanti pita meleleh haha
HapusHalah alay.. Hihi..
HapusAyoo Pita gabung ke rumah emak.
HapusMain ke Jakarta yuuk. Biar rame.
Maen ke taman mini nanti kak rd yg bawa rantang dan tikar hihi..
HapusMas topik:
Hapushaha.. seriusan. Jakarta itu panas >_<
Emak:
mau mak. mau banget. tapi ini bingung pake apa ke Jakartanya. huhu
agendain ke taman mini sama duo bujang emak ituu. asyik ya bawa-bawa rantang
Iya panas kalo berdiri di tengah jalan tol ga pake sandal.. Huhu
HapusNaik bus di leuwi panjang udah deh sampe jakarta ato travel seperti kakak rd waktu ke bandung
statemennya betul sekali mas. heuheu
Hapusnanti deh pita akan datang ke rumah emak. di saat kalian berdua malah tak bisa datang :D
Hehe.. Dadah.. Semur telor memanggil tuh
Hapusah, mas yang satu ini pamer terus >_<
Hapuskamu yakin pernah bertemu dengan dia Pit?
BalasHapustadi saya lihat kamu agak pucat, jangan2 kamu sakit, bagaimana kalau kamu cek ke dokter?
hehe, becanda kok, iya cerita kali ini orangnya nyata deeeh.. :p
ada kerinduan dan kemalu-maluan pada ungkapan "bukan soal jarak, tapi soal kualitas"
cie.. cie..
ups saya kok jadi sok tau, kabuuur..
hahaha
Hapusaku berhalusinasi ya bang? *_*
kali ini orangnya benar-benar nyata. sang filsuf yang menjadi dosen filsafat! :P
dan abang salah fokuss... itu kok ucapan selamat tahun barunya yang malah dikomentari. hadeeh
hadeh Pit,
Hapuskenapa tersipu malu seperti itu sih, keyakinan saya sama "cerita yang masih bersambung" semakin kuat lho.. :p
haha :p
Hapusbegini nih kalau komentar ahli pengkodean.. semuanya seakan terbongkar. haha
gimana ya.. pokoknya sang filsuf adalah seseorang yang membukakan mata sayah. :D
dan jangan paksa saya untuk mencari pola berulang dengan esensi sama yang bisa saja berbentuk subliminal message dari kamu yang bisa jadi kamu ingin "orang tersebut" membacanya juga,
Hapusoh ayolah, ending bagaimana yang kamu ingingkan Pit? hehe
#melongo
Hapusah bang. sudaaaaaah
oalah Piit.. Piit.. :)
Hapusckckck. analisis yang mengesankan! hihihi
HapusSherlock Holmes mode:on
HapusHahaha abaang abang
HapusN Y I M A K A J A . . .
BalasHapussekedar mampir aja, ,
jangan lupa mmpir diblogg ane ya , , ,
selamat menyimak kalau begitu, kak
HapusAda ciri yang lain aku tasa saat aku baca posting ini. Lagunya! Karena saat ini aku baca posting ini, disuatu sore yang sendu di sebuah terminal hampir di ujung ibu kota lewat hape sederhana. (Lupakan bila ini tak penting)
BalasHapusIntinya saya ingin bilang kalau saya suka bicara dengan seorang filsuf, mendengarkan mereka bicara banyak hal dan saya mendengarkan dengan seksama. Kapan saya bisa bertemu dengannya? (Abaikan lagi bila kesempatan itu memang tak ada....)
:D
di terminall Kalideres pasti ya mas :D
Hapuswaah.. jangan-jangan mas Rd ini temennya sang filsuf. wuuh..
mau bertemu dia mas? nanti ya kalau ke Bandung, saya kenalin :)
kok tahu kalau waktu itu aku lagi di kalideres?
Hapusntar aku jadwalin ke Bandung lagi ah, mau nagih minuman apa tadi? (emang ada yang nawarin aku? sama mau kenalan sama sang filsuf (sedikit maksa.. :D)
Aku kan cenayang,maas! hihi :p
Hapushoo.. boleh-boleeh..
kalau ke Bandung sekalian beli surabi durian ya mas. aku dibeliin satu berarti :D
Ikuuut dooong. Naik towing juga mau
HapusAq nebeng juga yee
Hapushaih, ingin bertemu kalian jadinyaa :D
HapusMomy dan anak2nya kan soulmate bangeets hihi..
Hapussurabi,
Hapusah... siapa yang nolak... :)
ntar aku bareng bunda sama kang topek ke sana. disiapin ya buat kami... :D
selamat berkumpul bersama emak ya mas-mas :)
Hapusselamat menikmati terong sama semur telor. haih.. makan siang kalian enak sekali sepertinya
Tentu enaak duoonk
Hapus“Kita tak perlu merubah persepsi kita tentang hal yang kita tidak suka. Tetaplah tidak menyukainya. Terserah, sedalam apapun. Hanya saja, kita harus belajar menyukai rasa tidak suka itu. Menyukai ketidaksukaan kita. Menikmatinya hingga tahu bahwa kita memang benar-benar tidak suka. Hingga akhirnya kita tahu bahwa apa yang tidak kita sukai adalah sesuatu yang membuat kita tumbuh menjadi seseorang yang matang.”
BalasHapusaku suka kalimat ini...
hebat benar tuh dosennya, ingin sekali belajar darinya.. apakah dia punya blog...??kalau punyam coba diminta ya..
aku serius,, aku ingin belajar nich....
memang ini postingan ini adalah kalimat itu. Kalimat dari sang filsuf :)
HapusSang filsuf punya blog, hanya saja dia tidak menunjukkan dirinya sebagai filsuf, bahkan isi blognya benar-benar instrinsik sekali. Dia teramat rendah diri..
linknya mana...
Hapussalam kenal mba'.. maaf walau templatenya sama,. namun konten tetap beda..
kunjungi blog pribadiku di www.makruf.com.
sang filsuf tidak mau memberikan link-nya kak Agha..
Hapussepertinya tidak suka publikasi dan hal semacamnya.. :s
iya. ternyata template kita sama.. dan kesukaan terhadap psikologi juga sepertinya :O
salam kenal juga ya ^_^
Hayo botolnya di kembaliin lagi enggk teh :D
BalasHapustentang kantin,,,, dulu aku pernah mampir ke kantin nya UPI ya sebelum kumpul - kumpul di dago hehhee :D
udah kok.. sekarang saya punya botol sendiri :)
Hapusdi UPI banyak sekali kantin. Kantin yang mana kak?
kalau kantin lima botol itu posisinya misterius.. harus ke perpustakaan dulu baru bisa melipir dengan ajaib ke kantin lima botol. magic!
yang tdk disukai boleh jadi itu yg terbaik menurut Dia.. dan boleh jadi, yg disukai adalah sesuatu yg buruk dimata-Nya.
BalasHapusNah, ini (y)
Hapussang filsuf memang belajar dari ayat ituu
ahaha.. menyukai sesuatu yang tidak kita suka, seperti aku menyukai akuntansi :P
BalasHapusyap, contohnya begitu nizz
Hapusmenyukai yang tidak suka, semacam membiasakan diri di luar zona nyaman ya?
BalasHapusyap ke luar dari zona nyaman. atau lebih kepada bagaimana kita menafsirkan rasa tidak suka itu menjadi sesuatu yang memang seharusnya tidak kita sukai. :")
HapusTetaplah tidak menyukainya. Terserah, sedalam apapun. Hanya saja, kita harus belajar menyukai rasa tidak suka itu. Menyukai ketidaksukaan kita. Menikmatinya hingga tahu bahwa kita memang benar-benar tidak suka. Hingga akhirnya kita tahu bahwa apa yang tidak kita sukai adalah sesuatu yang membuat kita tumbuh menjadi seseorang yang matang --> hmm, terkadang hal yang tidak disukai bisa menjadi disukai loh. Makanya kita dilarang untuk tidak menyukai secara berlebihan.
BalasHapusokeh sip banget kata filsufnya
yap, kak Rizka... :D
Hapusapa kabar, omong-omong? sudah lama tidak bertemuuu
orang filsafat begitu semua ya modenya??? saya butuh baca beberapa kali untuk cerna kata-kata si filsuf :/
BalasHapusini nyata kan? kok jadi kayak fiksi? hammmm,, tapi menarik...
teman saya nyata kak Awal. hehe
Hapusdia ada dan bentuknya benar-benar layaknya manusia