Bismillah . . .
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam. Abi ... kehujanan?" Jawabku selembut mungkin. Aku sedikit lari dari kamar mandi menyambut kedatangan suamiku. Kuraih tangan laki-laki tinggi itu dan kucium penuh kasih. Suamiku menggeleng menandakan bahwa dirinya tak kehujanan. Kemudian aku dan beliau berjalan kedalam.
"Sebentar ya, ummi mau beresin dulu piring." Ucapku kemudian beranjak pergi. Dengan cermat kurapikan semua piring yang telah kucuci dan kulap lantai yang terbasahi hujan, dari luar aku melihat suamiku membereskan rangsel. Aku kemudian menghampirinya.
"Bi, udah beli tiketnya?"
"Belum. Nanti saja."
"Dasar ababil." candaku, "kemarin bilang ngga akan pulang." Beliau tersenyum dan menatapku. lalu kemudian menjawab : "Tadi ibu telpon."
Aku faham maksudnya dan aku memang tak keberatan jika dia harus pulang. Kuusap rambutnya yang klimis. Sepertinya memang kebasahan. Tadi hujan cukup deras.
Aku duduk disampingnya, kami mengobrol ngaler ngidul sembari sesekali tertawa. Bermain game adalah salah satu hal yang kami sukai, terlebih jika kami berdua tengah santai. Kadang, jika aku punya tugas, aku selalu dibantunya. Begitupun sekarang, dia membantuku menyelesaikan tugasku dan alhamdulillah sangat memudahkan dan meringankanku.
"Abi, shalat ashar dulu." bisikku. Beliau mengangguk.. Aku pergi untuk mengambil wudhu, kemudia menggelar sajadah merah. Aku pakai mukena putihku dan merapikan sehingga tak ada aurat yang terlihat. Aku adalah makmum yang paling beruntung. Imamku adalah suamiku dan aku ingin dia menjadi imam dan suamiku selamanya. Dunia dan akhirat.
Bismillah . . . "Assalamualaikum." "Waalaikumussalam. Abi ... kehujanan?" Jawabku selembut mungkin. Aku sedikit lari dar...