Sang Pendaki yang (sering) galau dan Sang Agen Perubah Keadaan |
Pagi
turun bersama serangkaian mimpi yang perlahan mulai menyata. Embun-embun masih
melekat, tak mau beranjak dari pelukan kaca jendela. Padahal matahari sudah
berseri dan siap menghangatkan.
Aku
berucap, “Tadi, aku mimpi. Dan aneh banget.”
“Aku juga
mimpi. Mimpi apa emang?” Tanya sang pendaki yang (sering) galau.
Aku
menjawabnya, menjelaskan setiap detail mimpiku. Belum selesai, ia cepat-cepat
memotong dan setengah berteriak mengudarakan kata, “Hahaha. Sama tahu! Aku juga
mimpi itu.”
Semalaman,
kami berbincang tentang banyak hal. Ini adalah kali pertama kami menghabiskan
satu malam dengan sedikit canggung, tapi beberapa jam setelah ini semua
kecanggungan seakan menguap menjadi bulir-bulir air kedekatan yang siap
menghujani kami. Juga menghujani sang agen perubah keadaan, yang tiap tawanya
membuat gempar.
Dalam
tulisan sebelumnya, sang agen perubah keadaan begitu pandai menyuguhkan cerita renyah
tentang kami. Biarkan aku juga, untuk mendeskripsikan sang agen juga pendaki
yang (sering) galau dalam versiku, yang menurutnya misterius.
Sang agen
perubah keadaan, adalah seorang agen yang sudah terlalu banyak menipu orang.
Operasinya sering dilakukan menggunakan telepon. Sang pendaki yang (sering)
galau adalah salah satu korbannya, juga tante penjaga Villa. Air mukanya selalu
menampakkan kebahagiaan. Aku curiga, mungkin memang hanya kebahagiaan yang dia
miliki. Tertawanya selalu mengudara. Memenuhi langit-langit mobil, juga semesta
kami bertiga.
Satu
lagi, sang pendaki yang (sering) galau. Kami satu tipe darah, karenanya kami selalu
bersemangat mencungkil-cungkil bagian menyedihkan dari agen perubah keadaan.
Aku menjadi lebih sering cekikikan, terlebih melihat gantungan kunci berwarna
kuning di sebelahku. Dia adalah tipe orang yang punya banyak pengalaman.
Kesehariannya adalah berkutat dengan angka-angka dan rupiah-rupiah yang ghaib.
Banyak cerita yang muncul dari mulutnya, dan aku senang untuk mendengarkan.
Perjalanan
dimulai. Aku duduk sendiri di jok belakang. Melihat ke depan adalah benar-benar
seperti menonton panggung komedi, atau bahkan opera sabun. Sesekali
keduanya—sang pendaki yang (sering) galau dan sang agen perubah keadaan—membuat
aku tertawa, protes, berpikir, kontemplasi, juga sukses menenggelamkanku dalam
lamunan.
Pendaki
yang (sering) galau dan sang agen perubah keadaan memberi banyak pelajaran
kepadaku, sang penonton yang seringnya ditanya hal-hal aneh. Mereka menyebalkan
terkadang. Tapi itulah yang aku rindukan dari mereka.
Setelah
banyak adegan-adegan mengerikan yang diceritakan sang agen perubah keadaan, babak-babak
romantis dari sang pendaki, juga alur-alur membingungkan dari percakapan kami
yang tak pernah berujung, kami sampai Kawah putih. Haih indahnya ... beberapa
jenak telah memesona kornea. Kami menyusuri tiap sisian sulfur indah ini.
Mengabadikan beberapa lukisan cahaya dan berdiskusi semi ilmiah tentang semua
hal dihadapan kami. Semacam menafakuri alam dengan cara kami sendiri.
Aku akan mengakui beberapa
hal. Sebenarnya, aku menyukai cara dua sahabatku ini memperhatikan orang-orang
yang mereka beri peduli. Aku mengagumi cara mereka memberikan kebahagiaan
dengan cara mereka. Aku mengagumi cara mereka, namun aku tak mau menjadi
mereka. Beginilah seharusnya.
Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya. - Dee : Filosofi Kopi
Ini baru
setengah perjalanan, karenanya baru beberapa gelas kebersamaan saja yang telah
terteguk. Masih banyak sebenarnya, sesitu Patengan mungkin.. karena perjalanan
ini belum berakhir.
Bersambung
...
Sang Pendaki yang (sering) galau dan Sang Agen Perubah Keadaan Pagi turun bersama serangkaian mimpi yang perlahan mulai menyata. Emb...