Sudahlah, lekas pulang.

Temaram Lampu Jalanan.
Sumber Ilustrasi: Ini
Dalam sore yang melarut, kau melihat banyak hal dengan matamu. Juga mendengar dengan jelas suara-suara kehidupan. Masih beruntung mulutmu tak kelu seperti mereka yang tak pernah mengenal ucap kata. Kau masih bisa bertanya arah kepada siapapun yang kau mau.

Kau berjalan semau langkahmu. Rona sore mulai temaram, sementara lampu jalanan mulai bersinar. Kau terus berjalan, lalu menyebrang di tengah lampu merah yang menanar. Kau berdiri dengan resah. Meski tak ada keringat, kau lelah. Tanganmu melambai pada sebuah angkutan umum yang berhenti beberapa saat kemudian. Tepat di depanmu. Kau-pun duduk dan melihat semua orang yang mengisi tempat duduk di mobil itu. Hampir penuh.

Beberapa saat kau menengok ponselmu. Tak ada pesan satupun. Kaupun melanjutkan lamunanmu. Tetiba, seorang kakek naik bersama anak kecil yang membawa balon. Kakek itu duduk di pojok sebelah kanan, satu-satunya tempat duduk yang masih tersisa. Sementara anak kecil yang membawa balon—balon yang berwarna merah—berdiri di hadapan sang kakek sembari melihat jalanan yang semakin menjauh.

Suasana kembali hening. Setidaknya untukmu yang sedari tadi menjadi bisu. Menunggu LED ponsel berkedip dan menjadi putih, lalu bersuara.

“Di sini saja, pak!” Ucap seorang ibu yang membawa banyak kantong belanja. Sang supir tak mendengar, mungkin sudah terlalu berisik jalanan ini. Sekali lagi Ibu itu bersuara. Kali ini setengah berteriak. Kau, dengan ogah kemudian menyambung suara. Menyampaikan pesan Ibu kepada sang supir, yang posisinya saling membelakangi dengan posisimu.

Akhirnya, Ibu dengan banyak kantong belanja turun. Turun bersama segudang omelan untuk sang supir yang terlalu jauh memberhentikannya. Semua orang bergeser, ingin semakin dekat dengan pintu. Sedang kau, malah menyusup masuk duduk di pojok.

Dengan terpaksa kau tersenyum kepada anak kecil yang membawa balon, yang kini berdiri di hadapanmu. Sebuah senyuman getir.

“Ibunya baru saja dimakamkan,” Ucap sang kakek. Kau menoleh kepada sumber suara itu. Untuk beberapa saat matamu tak berkedip, kau-pun tak menyuarakan apa-apa. Hanya sebuah anggukan kecil.

“Kau anak yang baik, dek.” Ucapmu pada akhirnya. “Mau jadi apa besar nanti?” Tanyamu sambil memegang tangan anak itu. Arsitek, jawab anak itu dengan lantang. Kau terkejut mendengarnya. Yang lebih membuatmu terkejut adalah tak ada kesedihan di dalamnya.

Sejurus kemudian kau mendadak ingin turun. Kau memberhentikan mobil itu lalu berjalan di bawah cahaya kuning lampu jalanan. Dalam pikiranmu, kau mengamuk. Anak kecil tadi, tak mengerti betul arti kehilangan. Ucapmu. Bahkan sepertinya benar-benar tak merasakan kesedihan sedikitpun.

Hei. Kau tahu? Sebenarnya, anak tadi sudah faham betul arti perpisahan. Bahkan ia baru saja mengalaminya. Hanya saja, dia punya definisi yang berbeda denganmu perihal itu. Kau sudah berbau banyak pengalaman. Kau sudah dibumbui pengertian-pengertian awam masalah perpisahan. Sedangkan ia, baru merasakan dan langsung dihujani berjuta optimisme dari perpisahan itu sendiri.

Cobalah untuk membuat definisi baru tentang semua kejadianmu dengan cara pandang yang berbeda, maka kau akan merasakan hal yang berbeda pula.

Sudahlah, lekas pulang.

You Might Also Like

18 comments

  1. lekas pulang, cuci kaki ya... dan kau pun merenung sambil memjamkan mata

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kak. Cuci kaki, cuci muka, sikat gigi lalu lekas tidur ;D

      Hapus
  2. heumm...ngalir indah,ayo pulangggg.... :D
    *ditunggu emak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak.. ayo lekas pulang..
      emak udah uring-uringan >_<

      Hapus
  3. Mari kita membuat definisi positif tentang perpisahan

    BalasHapus
  4. lekas pulaanng, cepat kembali, jangan pergi lagiii ^^

    BalasHapus
  5. terus kapan mau dilanjut target 'buah pikiran' yang katanya ingin tahun ini rampung?

    BalasHapus
    Balasan
    1. masha Allah.. ditagih cerita itu rasanya memang miris kak.
      dua bulan mandet :(
      Akhir tahun ini selesai.. insha Allah..

      Hapus
  6. pesan motivasi yang sangat menyadarkan :D thanks

    BalasHapus
  7. "Cobalah untuk membuat definisi baru tentang semua kejadianmu dengan cara pandang yang berbeda, maka kau akan merasakan hal yang berbeda pula" aku akan ingat ini, pitaku, terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ha... putriku :)
      ingatlah ini. maka aku akan selalu ada.. meski hanya dalam ingatanmu.
      rinduuu kamu..

      Hapus
    2. Mungkin beginilah salah satu cara kita saling mengingat, dengan sangat mudah :)
      aku juga, rinduuu ;)

      Hapus
    3. semudah aku menyebut namamu. selalu mudah put.
      ckckck. rindu ini :'D

      Hapus