Cerita Ramadhan #3: Zombie

Bismillahirrahmanirrahiim

ilustrasi dari sini
Ini adalah sebuah postingan ringan. Setelah relaksasi di kota kecil tempat saya dilahirkan. Akhirnya saya kembali ke Bandung #pembukaan yang sama sekali tidak nyambung.

Pernah melihat zombie?
Saya juga belum, dan saya tidak berencana untuk melihatnya. Namun, saya pernah mempunya pengalaman melihat sesuatu yang mirip zombie. Malam itu, saya ingin sekali membeli bubur kacang yang ada di Jalan Ciumbuleuit, Bubur Kacang Ubed namanya. Saya akhirnya, tanpa sengaja mencubit kenangan itu keluar.

Berbelas bulan silam, saya pernah berjalan-jalan malam untuk mencari makan malam dan akhirnya, setelah berjalan cukup lama di jalur sebelah kiri, karena saya terkadang terlalu normatif. Saya memutuskan untuk makan di sebuah foudcourt. Oia, sebenarnya saya tidak sendiri. Saya ditemani Dipta.

Saya tak ingat makan apa. Karena ada kejadian konyol setelahnya. Kami berjalan dijalur sebelah kiri jalan Ciumbuleut menuju Jalan Siliwangi. Berkomentar tentang makanan adalah topik awal, selanjutnya adalah obrolan utara selatan (baca: ngaler ngidul) yang selalu tak berujung. Suatu ketika, Dipta mengatakan, "Eh, awas!"

Sebenarnya saya tidak selalu refleks dengan segala jenis kejutan, ketika dikejutkan dengan tepukan keras di punggung saya, saya tenang-tenang saja. Atau dikejutkan dengan cara tiba-tiba menunjukkan dua jari seakan-akan hendak menusuk mata saya, itu tidak bekerja efektif. Saya terbiasa untuk tidak terkejut #ekspresi datar.

Tapi kali ini saya terkejut!! Ada sosok hitam di pinggir jalan!!!!! Ada sesuatu yang tadinya dalam posisi tertidur lalu tiba-tiba terbangun!! 

"Zombie! Zombie zombie zombie zombie zombie!!" Itu adalah hal pertama kali terpikirkan, karena saya sering melihat film horor thailand. #jangan ditiru.

Dipta, yang saat itu berlagak tenang, tiba-tiba tertawa. Terbahak-bahak malah. Lalu akhirnya bingung, karena saya gemetaran. 

"Itu pengemis." Ujar dia santai. Dan saya, seperti biasa selalu berkilah dan menyalahkan dia mengapa kita berjalan di jalur kiri. Saya memang senang menjaili dia dengan hipotesa-hipotesa konyol, asumsi-asumsi logis, dan beberapa science fiction yang sengaja saya katakan dengan sungguh-sungguh. Saya senang melihat dia berpikir.

Saya akhirnya menyadari kalau itu pengemis. Hanya efek pencahayaan, latar panggung, dan "make-up" yang membuatnya terlihat seperti zombie. Tapi serius, setelah bertemu zombie itu, sepanjang jalan Ciumbuleuit seakan dipenuhi zombie, banyak sekali pengemis. Jangan bayangkan penampilan mereka seperti pengemis yang ada di lampu merah atau sepanjang jalan raya, menurut saya mereka terlihat benar-benar tak terurus. Jadi, sebenarnya ini salah siapa mereka tak terurus?
Dimana rasa peduli itu, hei pita?

Sejujurnya, saya sangat takut pengemis.

Pelajaran moral dari cerita ini : Banyaklah bersedekah atau melalukan sesuatu kepada pengemis agar pengemis itu berhenti menjadi pengemis, jadi tak ada yang perlu ditakutkan lagi.

You Might Also Like

18 comments

  1. kasihan pengemis itu... udah miskin, disangka zombie lagi, trus yang nyangka gak beri sedekah.... -_-

    BalasHapus
  2. Mas Andro ngga liat langsung sih -_-
    beneran menakutkan, bukan pengemis biasa yang terlihat dijalanan..

    BalasHapus
  3. tapi pengemis itu ada 2 golongan, ada yang dijadikan pprofesi, ada juga yang memang bene2 faqir miskin,,, gimana solusinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau digolongkan seperti itu memang ada juga yang seperti itu mas. kalau solusinya memang sedang jadi sesuatu yang kontroversial.
      Saya mungkin punya sedikit opini tentang ini.

      Hapus
  4. Sebenernya itu fungsi pemerintah tapi ya sudah ... lupakan DIA ... lalu peran lembaga2 BAZ kemana ya? mereka lebih flexible utk bergerak, jangan hanya ngurusin pngajian dan pembangunan. ini juga penting! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul. Dakwah memang akan menyangkut banyak aspek. Ini juga salah satu yang penting dan menjadi salah satu bidang untuk kita cari solusinya

      Hapus
  5. Terkadang kalo kita banyak bersedekah ke pengemis, malah salah sasaran, malah makin banyak orang ngemis. :D Pernah dengar kan kalo pengemis penghasilannya sampai jutaan rupiah? Kasihan untuk pengemis yang benar-benar fakir.

    Btw, saya punya tetangga yang bener-bener fakir, namun pantang meminta apapun dari tetangga. Pernah suatu ketika saya ngobrol dengannya, ia mengatakan bahwa dirinya sudah miskin, tak punya apa-apa selain harga diri. Kalo dia mengemis atau meminta-minta, hilanglah harga dirinya. Salut dua jempol buat tuh orang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang ada yang seperti itu. Saya juga pernah dengar. Tetapi kalau sedekah, sepertinya akan tetap menjadi sedekah. Tergantung niatan kita juga. Wallohua'lam.

      Nah, kalau tetangga antum memang benar-benar punya prinsip. Saya tambah deh saya jempol saya ^^

      Hapus
  6. Setuju dengan kang insan.

    lagian mbak, ketakutan itu manusiawi kok. Yang jelas mbak pita bisa mengambil pesan moralnya :)
    *eh beneran ini sy manggil mbak pita? hha

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang saya takut. :p
      iya, silahkan.. mbak pita

      Hapus
  7. wahh asumsi pertamanya kok bisa langsung ke zombie *lucu
    BTW blognya di renovasi yah.. Fresh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. terpengaruh sesuatu.. entahlah mas Adi..
      dan ini blog saya memang sedang direnovasi.. sejak beberapa hari yang lalu salah edit html terus

      Hapus
  8. hahah zombinya pita itu pengemis heheh kasian juga :P.
    Klo aku sih dikira Zombi eh orang gila :P
    S
    S
    alam kenal yah pita

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak bermaksud apa-apa.. tapi memang ketakutan mbak Annur..
      hm.. termasuk orang gila juga ,, dan saya juga takut #eh

      salam kenal juga ^^

      Hapus
  9. sedih deh kalo liat pengemis di negri ini karena diantara mereka bukan lah pengemis yang bener tidak mampu kerja, kbnyakan mereka yang malas kerja keras saya pernah menemukan sebuah kampung pengemis di daerah sukabumi...ternyata harta mereka sungguh melimpah dari barang elektronik alat rumah tangga sampai perhiasan yang dia pake pun lmayan...tapi biarlah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, Sukabumi itu kota kelahiran saya. Tapi saya belum pernah menemukan kampung seperti itu mas.. Tapi cukup miris juga kalau seperti itu.

      Namun, kita ambil positifnya saja, kalau ternyata memang sebenarnya pengemis itu ditakdirkan kaya. Hanya saja, rezeki mereka tersebar di dalam rezeki oranglain.

      Hapus
  10. Baca komen teman di atas, banyak juga yang "selisih pandang" (tak tau tulis kontrovseri, jadi itu aja). Terlepas dari komen, ceritanya lucu apalagi saat terkejutnya. hahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. berselisih pandang itu wajar karena memang isi kepala kita tidak sama.
      Iya, mas Reza. Sebenarnya lucu juga kenapa saya bisa takut sama pengemis

      Hapus