aku dan kau
cerita pita
hujan
Ilmu Pengetahuan Umum
kesedihan
Keseharian
kiara payung
kisah cinta
Lagi Nyastra
masa lalu
perjalanan
Cerita Ramadhan #7 : Ketika Hujan Mempertemukan Kita
.....
ilustrasi dari sini |
Sore itu hujan turun lebat di sebuah kota. Hawa dingin merambat pelan menelusuk pori-pori. Akan terasa sekali jika kau sedang berdiri di halte bis, tanpa jaket, layaknya yang dilakukan Ashar sekarang, mahasiswa tingkat akhir yang baru pulang dari perusahaan tempat ia magang. Kemeja biru mudanya sudah lengket dengan air hujan dan sisa-sisa keringat sejak pagi. Tas selempangnya tergantung acuh dipundak kirin. Kedua tangannya melingkar di dada, sedikit kecewa dengan hujan ini.
Seorang perempuan berjalan tepat di depan Ashar berdiri, dan angin itu bertiup begitu kencang hingga payung hijau toska sang perempuan melipat ke atas. Rusak. Sontak saja ia langsung berlari, berteduh di hate, dimana Ashar—mahasiswa tingkat akhir yang baru pulang magang— berdiri. Mata mereka bertemu. Ada mimik tak percaya, itu milik Ashar. Ada juga mimik yang seakan berkata : “Aku menjalani kehidupanku dengan baik.”
“Rasanya sudah lama sekali.” Ucap Ashar dengan pandangan lurus ke depan. Sang perempuan, yang berusaha memperbaiki payungnya tahu bahwa kalimat itu untuknya.
“Memang. Hari-hariku berjalan baik setelah itu.” Sahut perempuan.
Hening.
Dalam benak Ashar. Telah banyak kata teruntai namun tak terucapkan.
Maaf telah menghadirkan hujan yang tak pernah berhenti dihatimu. Maaf telah menorehkan lukisan luka di sepanjang dinding hatimu. Maaf telah menjatuhkan hatimu hingga pecah, berkeping-keping. Maaf telah membuatmu begitu mudah mempercayaiku, lalu aku merasa begitu bahagia meninggalkanmu tanpa kata. Maaf telah membuatmu terluka.
"Setelah itu, aku..." Ashar menggantungkan ucapannya.
"Hmm?" Perempuan itu memiringkan kepalanya. Memandang Ashar penuh tanya.
"Pita,.." ucap Ashar
"Setelah itu aku selalu merasa bahwa air langit selalu menghujani hati dan perasaanku."
Pita mengalihkan pandangan. Ia kini memandang payung rusak yang digenggam tangannya. Tiba-tiba ia membuka paksa payung. Tak peduli dengan kerusakannya, payung itu terbuka, dengan beberapa bagian yang tampak penyok. Pita mengangkat payung itu, kemudian menengadahkan sedikit kepalanya.
"ng ..." ucap Ashar kelu. Perasaannya tiba-tiba tak tentu. Ia terkejut. Terkejut karena pita kini memayungi dirinya dengan payung rusak, disebuah halte, sembari tersenyum.
...
—satu babak dalam sebuah cerita pendek—
Penggalan cerpen ini hanya cerita fiktif belaka.
12 comments
Pengalaman pribadi ya gan?
BalasHapusbukan gan... hanya cerita fiktif belaka :D
HapusPengalaman pribadi ya gan?
BalasHapusjawab : Penggalan cerpen ini hanya cerita fiktif belaka.
aneh dah.. :D
makasih ya gan sudah menjawab ^_^
Hapusehm,gimanaaa rasanya kalo hati diguyur air hujan ya...emmmmmm,ehm xixixixixixixi
BalasHapusyang pastinya dingin banget mbak ^_^
Hapusromantis... ^_^
BalasHapusterima kasih (:
Hapusashar? harid? itu satu orang?
BalasHapusseandainya harid menjadi tokoh utama dalam the butterfly effect, sepertinya dia akan mencoba membaca ulang jurnal-jurnal nya dan mencoba memperbaiki, atau mungkin melakukan pengorbanan untuk kebaikan dirinya dan orang-orang yang disakitinya..
@=|=
BalasHapusSebenarnya nama tokoh laki-laki itu Harid Ashar.
Butterfly effect? saya belum pernah mendengar.
Saya tidak faham maksudnya.
@Gulunganpita
BalasHapusgoogling aja film the butterfly effect.. klo perlu download dan tonton.. anda pasti akan mengerti
apa yang mungkin akan harid lakukan..
@=|=
BalasHapusOke, terima kasih atas rekomendasinya. Tapi belum sempat.
Oia, saya tahu siapa anda