Mata Dini Hari

dini hari.
Mata dini hari selalu basah apabila ia datang. Menjuntai dalam keheningan perbatasan malam larut dan pagi yang mulai bangun. Dini hari selalu membuka mata ketika sang malam sudah dalam ambang sadar. Tak ada kedip. Malam menelusur melalui celah-celah mimpi. Dan tak ada sekat, sekedar untuk bersapa.

Mata dini hari selalu melihat, walau tak pernah sedikitpun kata berkomentar. Dia melihat bagaimana malam terhabiskan hingga larut dan terjatuh dalam sebuah alam ketidaksadaran. Unconcious.

Dini hari terus merayap hingga bertemu Tuhan ia lenyap. Dini hari terus berteriak dalam sebuah tangisan mengendap-ngendap. Dini hari terus bertahan hingga pengap. Hingga semuanya nyaris tak terungkap. Semakin jauhlah dari malam.

Malam... setidaknya ada satu garis waktu antara kau dan aku. Aku berjalan betul-betul setelah kau lelah menikmati taburan gemerlap malam. Aku membelalak betul-betul ketika sudak kalah telak. Kau kalah oleh masa.

Dan malam akan tetap menjadi malam. Berkumpul bersama mereka yang terus membuka mata hingga dini hari tiba. Dan dini hari selalu buta. Karena malam hanya memberinya gelap.


Bagaimanapun hingga akhirnya malam menggelapkan. Dini hari tak ada kuasa. Dia tetaplah mata yang membuka hingga embun menetas. Terus berharap bahwa suatu hari di suatu malam, sebelum gelap terbuai, ada sapaan atau perkenalan dengan gemerlapnya. Dialah dini hari. Mata yang terbuka meski gelap semakin kuat.

You Might Also Like

2 comments