Lunch (and) Break

Lunch, and break

Seorang perempuan baru saja meninggalkan dengan kasar seorang temannya. Terjadi di sebuah kedai makanan tepat ketika makan siang hampir berakhir.

Temannya, yang juga perempuan belum kemana-mana. Ia masih duduk tegak memegang garpu yang ia gunakan untuk melilitkan spagheti. Dalam satu kedipan saja, nafasnya berat. Ada banyak cairan yang ia tahan sekuat tenaga.

Dalam heningnya dia, mulailah ia berbicara.

Kau tahu,... ketika kau, dengan rasamu itu. Merasa bahwa dirimu adalah orang yang paling dikhianati sejagat raya ini. Merasa bahwa dunia takkan pernah mafhum tentang rasa sakit dan perihmu itu. Ketika sekeliling menepuk pundakmu. Kau terus mengikis logikamu. Kau terus memelihara sakitmu. Lalu terus menyalahkan seseorang atas ketidakadilan dunia. Tidak adil? Apa kuasamu berkata begitu?

Aku bahkan tak merebut apa-apa darimu. Aku tak mengambil apapun milikmu. Semuanya datang kepadaku. Dan aku tak punya alasan baik untuk menolak.

Hanya saja, banyak kata mengudara, banyak tulisan bercercah noda. Semua tentang dirimu, yang disakitiku. Kau tahu,.. sekarang aku harus terus menjaga rasa hatimu. Memastikan bahwa kau tidak menguraikan cairan matamu, atau membuat suara sedu pada suatu malam, atau membuat hujan di dalam ruangan.

Jika kau mau apa yang ada padaku. Maka ambilah sekarang, sebelum semua lekat dalam memori. Sebelum semua menggenang dalam kenangan.

Ia kemudian merapikan makan siangnya. Lalu pergi ~

You Might Also Like

4 comments

  1. bagi yang ditinggalkan, kesabarannlah yang akan menyatukan pertemanan yang mungkin telah hancur. bagi yang kasar, sadar diri karena wanita dengan tabiat seperti itu kurang enak dipandang..

    BalasHapus
  2. hmmm pengalamankah ini??

    BalasHapus