lengkungan tali di seluler saya. Foto: Koleksi Pribadi |
Hari turun dengan udara pelabuhan
yang menyengat. Sekelebatan tiba-tiba hadir sosok hitam membayang sebentar lalu
menghilang. Tanda-tanda sedang pusing, kata Ibu. Mata masih mengantuk bekas
pejaman sebentar di atas kapal penyebrangan.
Air laut masih asin tanpa perlu aku
rasai. Dan aku masih rindu saat-saat duduk di bawah bulan purnama itu. Tanpa
perlu aku tuliskan dimanapun!
Sejenak menghirup aroma pikuk
pelabuhan. Berjuta tujuan telah mengantarkan manusia ke sini. Menjalani tahap
babak kehidupan yang sedetik kelanjutannya masih berupa molekul misteri.
Mungkin ada yang membawa rasa senangnya ke pelabuhan ini, atau membuang rasa
sedihnya ke laut lepas. Mungkin juga, ada yang membawa harapan sehingga mampu
menyebrang lautan untuk satu impian, atau membawa cinta , lalu kenangan yang
sempat menjadi serpihan di sini.
Aku berdiri di pinggir sebuah tiang
penyangga lorong yang menghubungkan terminal bis dan pelabuhan. Menunggu bis
yang akan mengantarkanku lebih dekat dengan seorang sosok. Sosok yang aku akan
malu menceritakannya. Karena, aku mengaguminya!
Dia ada di kota rindu.
Ah. Sudah. Wajahku macam udang rebus
sekarang.
Sebelum kapal berangkat dari
Bakauheni, aku menghubungi sosok itu. Mengatakan bahwa aku baik-baik saja, dan
sebentar lagi akan bertemu di pulau Jawa. Suara tertawa renyahnya seketika
melebarkan senyum simpulku. Beberapa orang yang duduk di dekatku menyadari
gesturku lalu memperhatikanku sebentar, dan berpaling. Aku tak peduli.
Setelah mendapatkan bis, aku duduk
di dekat jendela lalu menatap laut pelabuhan yang berombak pelan. mereka
seperti diam, tapi mereka ada. Aku ingin begitu, bukan berorasi lalu ketika tak
diperhatikan kemudian menulis beberapa kutipan sedih, atau tegar berharap
simpati. Aku ingin sunyi tapi menyejukkan.
Di sebelahku, kursi masih tak
bertuan. Aku, ingin membayangkan beberapa bagian babak yang sudah kami lewati
melalui pantulan jendela. Resonansi itu memang selalu menyenangkan! Apalagi
untuk orang-orang yang sedang merindu. Sepertiku.
Di sana, sosok itu menunggu.
lengkungan tali di seluler saya. Foto: Koleksi Pribadi Hari turun dengan udara pelabuhan yang menyengat. Sekelebatan tib...