Eja Aku

Eja Sebutanku, "Amma.."

Waktu itu memang lekas sekali merambat. Dan Tuhan memang sudah menjadikannya begitu. Perawi berucap, setahun menjadi layaknya sebulan, begitu juga sebulan, laksana satu minggu terasanya. Waktu memang begitu adanya. Akhir zaman takkan terjadi kala satu jam tak berlalu secepat kilat.*

Waktu itu memang lekas sekali menguap. Tidak usah risau, karena dialah yang akan mempertemukan kita. Aku mungkin belum sampai padamu hari ini, sayang. Tapi waktu akan membuat pelayaran, dan melabuhkanku padamu. Berjanjilah kau menjelma menjadi laki-laki yang menyenangkan dan membuatku tenang.

Waktu itu memang lekas sekali terbang. Mereka membawa banyak harap dan do’a yang terus lurus menuju langit paling ujung. Kau bertanya dimana kau sekarang, aku juga bahkan tak kuasa menjawab tanyamu, sayang. Belum waktuku. Belum waktu kita untuk saling melepas peluk. Waktu belum hinggap diantara kita.

Dan waktu, akan selalu menjadi untaian rinduku padamu. Melalui sela-sela detik diawal pagi, juga melalui lamat-lamat bayang sewaktu akhir senja. Hitung saja waktu, maka akan lebih banyak rinduku padamu, sayang. Tunggu saja. Takkan terasa lama.

Eja saja sebutanku, sayang. Lalu pejamkan matamu di masa depanku. Perlahan waktu mengantarkanku padamu. Eja aku, “Amma...”

*Tirmidzi, Zuhd: 24, 2333

You Might Also Like

6 comments

  1. beuhhhhh ini nih tulisan yang menggambarkan waktunya sebentar lagi datang :)
    terasa sekali desiran hatinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku yakin salah menangkap deh ini om.
      Salah ah salah.. baca dulu buku tafsir oom :p

      Hapus