Trans Studio Bandung The Series: Episode 1 dari 2 episode

Koleksi Pribadi:
Semburat kebahagiaan yang terpancar dari mereka, ketika baru masuk studio.

Bermain di Trans Studio adalah hal yang tidak direncanakan oleh kami. Namun pada hakikatnya memang sudah dituliskan pada takdir kami. Sepanjang perjalanan menuju kesana, adalah momen yang membuat saya tertawa dan berdecak tiga kali : ckckck. Mengapa demikian? Karena sebenarnya tujuan pertama kami adalah Kampung Gajah. Dengan banyak imajinasi tentang bermain ATV, buggy car, Segway, skyrider, balon udara juga naik kuda. Semuanya batal, pemirsa. Batal! *bye-bye, balon udara. Bye-bye, kuda*


Kebanyakan dari 20 wahana di kampung gajah, maksimum berat badan adalah 50kg. Dan kami, dua orang sahabat saya sebenarnya, yang mempunyai tubuh normal, tidak dapat mencoba banyak wahana. Usia dua puluh tahun dengan tinggi badan standar tentu setidaknya berberat badan minimal 50kg. Mereka hanya akan menonton saya mencoba wahana-wahana saja, karena berat badan saya memang tidak normal alias di bawah 50 kg. Untuk momen seperti itu, beruntung sekali memang mempunyai badan seperti tiang listrik *Tertawa bangga*

Satu lagi, untuk mencoba wahana berjenis kelamin mobil, kami harus menunjukkan kepemilikan SIM. Dan tidak ada satupun dari kami yang memilikinya. Alhasil, ke Trans Studio saja. *masih tertawa*

Rasa-rasanya adalah awesome! Ketika saya dan dua sahabat saya memasuki kawasan indoor Trans Studio bandung. Sebelumnya saya menyangka keadaannya akan sedikit sesak karena dengan menggandeng nama indoor, akan membuat keadaan di dalam kekurangan oksigen. Nyatanya, studio indoor itu seperti kota malam yang ramai dan menyenangkan dengan langit penuh bintang. Jalan-jalan dengan pencahayaan redup yang romantis, boulevard, fiveth avenue, holywood street, juga toko-toko yang terlihat hangat dengan orang-orang yang ramah.

Giant Swing sukses membuat kami berteriak untuk pertama kalinya. Sayangnya, saat wahana berlangsung, kacamata tidak diperkenankan untuk dipakai. Alhasil, walau melotot dengan kekuatan penuh-pun pemandangan saya tetap saja buram. Namun tetap, ter-swing-swing itu rasanya seperti dilempar kelangit tinggi secara tidak beradab lalu dijatuhkan dengan nilai jeda diantaranya adalah nol.

Ada salah satu diantara kami yang langsung pusing. Kalau saya, karena sudah menerima wasiat dari uncle, tidak mengalami tuh yang namanya lag *sombong, astagfirulloh*. Saya kemudian memberi tahu wasiat itu dan hasilnya, taaaraaa!! Di wahana selanjutnya, semuanya rileks. Well, wasiatnya adalah biarkan mereka membawamu. Mereka adalah wahana, biarkan wahana itu membontang-bantingkan tubuhmu, biarkan saja. Jangan melawan, karena hasilnya adalah keringat dan rasa sakit. Hanya menghabiskan tenaga.

Benar atau tidak, memang itulah yang dikatakan uncle ketika pertama kali mencoba tornado di Dufan beberapa tahun yang lalu. Versi saya, jangan melawan takdir.

Magic Corner. Adalah salah satu bagian ‘kota’ yang di dalamnya ada beberapa wahana yang bergenre magic, termasuk Dunia lain. Ichan—nama sahabat saya—antusias sekali untuk mencoba wahana Dunia Lain. Awal masuk antrian, saya yakin saya tidak berani, dan memang, saya putuskan untuk menunggu di kursi taman saja. Kemudian saya bertanya kepada seorang laki-laki berjubah coklat (laki-laki misterius yang kepalanya ditutupi tudung kain seperti di film-film horor). Saya menanyakan dari mana teman saya nanti keluar setelah mencoba wahana ini, “Dari alam kubur” jawabnya sambil tersenyum. Saya, Gulunganpita, perempuan 20 tahun, tidak takut dengan jawaban konyol seperti itu K.

Tapi beberapa saat kemudian saya berhasil terpengaruh orasi kakak tersebut tentang dunia lain. Semua hantu dia sebut!

Di Magic Corner ini juga ada peri-peri imut yang duduk-duduk dekat air mancur. Ada negeri liliput dengan penyihir-penyihir bijak yang baik, penyihir jahat dengan kostum hitam pekat, para bajak laut (Nanti saya akan membuat satu postingan khusus tentang Jack), dan drakula.  Drakula ini memang senang sekali mendekati orang yang kurang suka dengan dia. Matanya yang menggemaskan itu, yang hanya memperlihatkan korneo dengan titik hitam kecil, terus melihat ke arah saya. Dimulutnya juga ada darah kering yang mulai menghitam. Saya berhasil lari dari magic corner, sementara ichan dan aab sepertinya puas menertawakan saya.

Pada akhirnya, saya mencoba wahana dunia lain kok. Saya juga bertemu lagi dengan drakula ‘lucu’ itu secara lebih dekat! Ceritanya hadir di episode selanjutnya, ya! #semogapenasaran


Koleksi pribadi: melukis cahaya bersama penyihir baik hati

Koleksi Pribadi: Ini dia drakula yang menakutkan, yang selalu mendekati saya

Koleksi Pribadi: Salah satu wahana yang membuat saya tidak mau lagi memasukinya

Koleksi Pribadi: Wajah bahagia kami ^__^

You Might Also Like

24 comments

  1. haaahh jadi pengen maen kesana lagi? pita naik yamaha coster ga? aku naek lhoo *pamer.dan itu hanya sekali tidak untuk kedua kalinya..seremm abis, safety belt \ *eh alat pengamannya itu hanya ada di paha..padahal ampir diputar 360 derajat..heuu
    eh tiket masuknya jadi berpa sekarang?

    BalasHapus
  2. jgn mau ditakut-takuti, pukul saja drakulanya 'eh :D

    BalasHapus
  3. @Adi
    naek dong kang :)
    dan bros capung saya terbang. Memang serem banget safety beltnya.
    waktu itu saya kesana weekday, 156ribu perorang kang.
    berencana kopdar disana? :))

    BalasHapus
  4. @catatan-r10.com
    seram sekali, mas r10 :D
    saya seperti diperhatikan terus sampai karnaval sorenya. Tiba-tiba drakula itu nyamperin mas :D

    BalasHapus
  5. ceritanya lucu banget mbak pita :D

    BalasHapus
  6. wew, pengen ke trans studio bandung..!
    banget..!

    BalasHapus
  7. Kyaaaaaaaaaa.. Belum pernah ke Trans Studio dooong, dooong, doooong.. Kalah sama Fita ni, malah ibu bapak sama adek udah ke sana, tinggal saya doang. Yaawwnnn.. :D

    Eh, asyik juga ya di sana, jadi pengen. Mungkin drakula itu suka sama kamu Fit, karena kamu ga terlihat takut jadi aja dideketin terus. Hihihi..

    BalasHapus
  8. Hyaaaa......jadi kepengen ke transtud >,<
    huahaahahaha *kabur sambil nangis* *lapor emak*

    BalasHapus
  9. belum pernah kesana, tapi emang nggak pengen kesana :P

    BalasHapus
  10. @Yudi Darmawan
    saya ngga dibayar untuk promosi, tapi berbagi kebahagiaan apa salahnya..
    ayo, ke trans studio :D

    BalasHapus
  11. @Irma Devi Santika
    yaaah teh irma gimana nih. masa kalah sama ibu bapak dan adeknya. hihi
    iya, teh. rame kok didsana.. :)

    BalasHapus
  12. @Nima Hyandsome
    ayo gih lapor emak biar langsung meluncur kesana :))

    BalasHapus
  13. @Mohamad Rivai
    ngga kesana juga ngga papa ko mas Riva'i. tidak wajib layaknya sholat ^__^

    BalasHapus
  14. @Mohamad Rivai
    ngga kesana juga ngga papa ko mas Riva'i. tidak wajib layaknya sholat ^__^

    BalasHapus
  15. kampung gajah, maks beratnya 50 kg?? Waaaa di jamin sy gak bs kesana dong.. Rugi.. hehehe..

    Kl di trans rame gak? katanya ngantri bgt ya?

    BalasHapus
  16. Fakta:
    - Fitri sangat takut dengan drakula yg disebut "lucu" di postingan itu
    - Selama memasuki dunia lain, Fitri tidak sedikitpun mengangkat kepalanya alias "murungkut" dari awal sampai akhir *memalukan, hhaha

    BalasHapus
  17. numpang lewat...
    liat foto2nya bikin mupeng...

    *nice pict :)

    BalasHapus
  18. @ke2nai
    kebanyakan begitu bun.. makanya kami juga mengurungkan diri untuk bayar 150ribu. hehe

    BalasHapus
  19. @Ihsanti Kamilah
    ichan frontal -___-
    itu karena saya titik-titik. ehehe

    BalasHapus
  20. @dAnonim™
    ayo segera menyusul berpengalaman di trans studio..
    gambarnya sedikit diedit :)

    BalasHapus
  21. salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
    jujur dalam segala hal tidak akan mengubah duniamu menjadi buruk ,.
    ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

    BalasHapus