Ketika Perempuan Memandang Laki-laki

Allah menciptakan seluruh makhluk hidup berpasang-pasangan, bahkan Allah menciptakan alam semesta inipun berpasang-pasangan, sebagaimana firmanNya, :


“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Yasin : 36)

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Ad-Dzaariyat : 49)

Berdasarkan sunnah kauniyah (ketetapan Allah) yang umum ini, manusia diciptakan berpasang-pasangan, terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan, sehingga kehidpan manusia dapat berlangsung dan berkembang. Begitu pula dijadikan daya tarik antara satu jenis dengan jenis lain, sebagai fitrah untuk manusia.


Setelah menciptakan Adam, Allah menciptakan (dari dan untuk Adam) seorang istri supaya ia tenang hidup dengannya, begitu pula si istri supaya hidup tenang bersamanya. Sebab, secara hukum fitrah, tidak mungkin ia (Adam) hidup bahagia seorang diri, walaupun dalam surge ia mendapat makan minum secara leluasa.


Diantara yang telah disepakati bahwa melihat kepada aurat adalah haram, baik dengan syahwat maupun tidak, kecuali hal tersebut terjadi secara tiba-tiba, tanpa sengaja. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadist shahih dari Jarir bin Abdullah, ia berkata : “Saya bertanya kepada Nabi SAW tentang memandang aurat oranglain secara tiba-tiba. Lalu beliau bersabda, ‘Palingkanlah pandanganmu.’” (HR. Muslim)


Kemaluan adalah aurat mugholladhah (besar) yang telah disepakati akan keharaman membukanya dihadapan orang lain dan haram pula melihatnya. Mayoritas berpendapat bahwa paha laki-laki adalah aurat, dan aurat laki-laki adalah antara pusar dengan lutut. 


Larangan perempuan untuk melihat aurat laki-laki didasarkan pada asumsi bahwa Allah menyuruh perempuan menundukkan pandangannya sebagaimana Dia menyuruh laki-laki berbuat demikian.
Alasan utama diharapkan melihat itu karena dikhawatirkan terjadi fitnah. Bahkan, kekhawatiran ini pada perempuan lebih besar lagi, sebab perempuan itu lebih besar syahwatnya dan lebih sedikit pertimbangan akalnya.

Memang benar bahwa perempuan dapat membangkitkan syahwat laki-laki lebih banyak dari pada laki-laki, dan memang benar bahwa perempuan lebih banyak menarik laki-laki, serta perempuanlah yang biasanya dicari laki-laki. Namun, semuanya itu tidak menutup kemungkinan bahwa ada laki-laki yang menarik pandangan dan hati wanita dengan kegagahan, ketampanan dan kecerdasannya.


Perempuan harus teguh untuk tetap menjaga pandangan dan tidak berlama-lama tanpa ada keperluan dengan ikhwan. Menjaga perkataan juga harus tetap dipertahankan sehingga kita tidak salah berbicara dan menimbulkan fitnah. 


Akhirnya, untuk mendapat keselamatan, lebih baik perempuan menjauhi tempat-tempat dan hal-hal yang mendatangkan keburukan dan bahaya. Kita memohon kepada Allah keselamatan dalam urusan agama dan dunia.

Wallohua'lam bishowab

You Might Also Like

7 comments

  1. saya juga masih bingung dengan hadits tentang memandang aurat diatas..

    sekarang ini, masih sangat banyak perempuan yang tidak memakai jilbab, sementara rambutnya masih kelihatan, bukankah rambut itu bagian dari aurat perempuan ya ??

    lalu bagaimana dengan hal tersebut, tidak mungkin saya berjalan dengan kepala menunduk terus kan ?

    mohon pencerahannya :)

    BalasHapus
  2. Rosululloh mengatakan, palingkanlah pandanganmu.

    Memalingkan wajah bukan berarti menunduk, bukan?

    BalasHapus
  3. hmm..

    jadi begini, di kampus saya ada banyak sekali orang yang belum berjilbab, termasuk beberapa teman perempuan saya, yang menjadi masalah kemudian ketika dia mengajak untuk berbicara, secara etika tidak mungkin saya berbicara dengan dia sambil melihat ke tempat lain atau sambil menunduk, bukan ?

    apakah memang tidak ada toleransi dalam hal-hal yang seperti ini ?

    mohon pencerahannya #lagi

    BalasHapus
  4. kalo mau mengamalkan sepenuhnya apa yang termaktub dari jadist di atas rasanya sangat tidak mungkin selama kita msh berada pada lingkungan seperti sekarang ini. Setidaknya kita semampu mungkin meminimalisir apa yang di anggap sebagai sesuatu yang kurang baik. Intinya pintar2nya kita bsa memposisikan..

    BalasHapus
  5. Saya juga pernah punya pengalaman seperti itu. Ya sebenarnya memang takut disangka anti sosial ya. Tapi saya tidak peduli, ikut aturan Allah saja..

    betul kata mas Yayack, pintar2 memposisikan diri saja,, saya juga masih awam dan belum sepenuhnya menjaga hijab.

    BalasHapus
  6. Benar sekali. Kita semua harus pintar2 menjaga aurat. :(

    BalasHapus
  7. Iya kang. Perkembangan jaman ini harus mendukung dan menjadikan kita (saya khususnya) untuk lebih kreatif dan pintar2 menjaga aurat.

    BalasHapus