Beruntungnya Menjadi Anak Pedagang

 بسم الله الرحمن الرحيم
Pagi itu, selepas shalat subuh. Aku berangkat menuju terminal. Ada yang harus kuselesaikan dirumah. Padahal, jam delapan malam tadi aku baru tiba di kamar mungilku. Hidup benar-benar tak terduga. Dan itulah yang harus kusyukuri.

Angkutan umum yang membawaku menerobos jalanan sepi berhenti pada persimpangan pasar. Tempat yang paling ramai saat pagi hari. Lebih ramai dari mesjid-mesjid megah di kota ini. Aku memperhatikan seorang lelaki yang sedang merapikan sayuran miliknya. Banyak sekali. Sepagi ini, dia sudah berkeringat. Ada juga seorang perempuan kepala empat yang tengah menjinjing keranjang dan membolak-balik lobak didepannya. Pakaiannya masih daster berwarna merah muda dengan motif bunga. Dan angkutan umum yang aku tumpangi berlalu.

Sejurus kemudian, mobil berwarna hijau yang kutumpangi ini berjalan perlahan tidak jauh dari pasar. Aku melihat laki-laki yang membawa karung dipundaknya. Jalannya masih tegap. Aku yakin dia adalah salah satu pedagang di pasar tadi.


"Bapak!" teriak seseorang beberapa meter di belakangnya. Namun laki-laki itu tak menghiraukannya. 

"Pak. Si dede jatoh." Seru anak laki-laki yang membawa jinjingan dikedua tangannya.

"Ngga papa. Kita sudah telat."

Anak perempuan yang jatuh itu bangun sendiri tanpa menangis. Kemudian berlari mengejar ayahnya. Beberapa saat kemudian, kulihat dari jauh dia tertawa dan berjalan sambil melompat-lompat.

Ceritanya sedikit. Tapi jika kita berfikir sedikit seperti filsuf-filsuf. Maka akan selalu ada hikmah. Betapa beruntung menjadi anak seorang pedagang. Pagi buta sudah terbiasa bangun dan menghisap segarnya udara. sejak kecil sudah faham kalau dunia memang tak selalu mengajari kita dengan cara yang kita mau.

Betapa beruntungnya menjadi seorang anak pedagang. Menjadi pandai bersyukur karena sudah faham betapa sulitnya mendapatkan nasi untuk sarapan pagi. Betapa harus berkeringat terlebih dahulu sebelum menikmati nasi putih pulen yang mengeyangkan perut.

Betapa beruntungnya menjadi anak seorang pedagang. Bangun lebih pagi di saat anak seusianya masih bermain dalam mimpi, atau merengek masih ingin tidur. Bisa berlari bebas ketika semua orang merebahkan badan tak berjalan.

Betapa beruntungnya menjadi anak seorang pedagang. 

Walau aku bukan seorang anak pedagang. Aku masih tetap beruntung. Aku diberikan kesempatan untuk merenungkan betapa beruntungnya menjadi seorang anak pedagang.

Aku juga beruntung menjadi anak seorang laki-laki dan seorang perempuan yang benar-benar mencintaiku sembunyi-sembunyi.

You Might Also Like

7 comments

  1. Makasih ya sudah berkunjung...
    Salam Bloofer juga.. ;D

    BalasHapus
  2. semakin bersyukur maka kita akan selalu merasa beruntung ^_^

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, syukur akan selalu terucap karena telah diberi kesempatan untuk hidup.

    BalasHapus
  4. Betul sekali mas Auraman...


    segala puji bagi Allah yang selalu memberi kesempatan untuk bersyukur :D.. ya mas Budiman

    BalasHapus
  5. mantap-mantap, 2 thumbs deh. . .

    BalasHapus
  6. terima kasih ya sudah berkunjung :D
    saya udah kebanyakan jempol nih...
    tapi tetep diterima..

    salam bloofers !

    BalasHapus