Jalan Kehidupan

 Sebuah puisi
Oleh Gulunganpita

 
sumber gambar : google
lampu merah selalu untukku
karena kau tak peduli
akomodasi korneamu


melahap arah depan
kau siakan jendela sampingmu
untuk melihatku
kau bahkan membenci lampu merah
sedangkan,
lampu merah selalu untukku
karena kau tak peduli
kau ikat dirimu dalam jok dengan nyaman
bersiap melaju dalam hijau
melupakanku yang tetap diam
hijau hanya untukmu
lampu merah selalu untukku
 
 

You Might Also Like

21 comments

  1. makin oke aja nih blognya :)
    blogku dri dlu g maju2.... hiks

    BalasHapus
  2. woooowww.. eh beneran deh Fit, suka banget sama puisi ini. sarat makna.
    jadi ingat anak2 kecil di lampu merah itu. kasian mereka :'(

    BalasHapus
  3. @mbak Aasiyah :Jazakillah ukhti ^_^ blogmu juga makin keren.. Alhamdulillah ada kesempatan untuk menulis.. pdhl saya sempat vakum :)

    BalasHapus
  4. @Teh Irma : Alhamdulillah teh.. mereka.. yang duduk tak berdaya, yang belari seadanya d lampu merah membuatku ingin menuliskan tentang mereka. :)
    Kadang, kita terlalu merasa sibuk untuk memperhatikannya :(

    BalasHapus
  5. wuihhh mantap! suka. kapaaaaan aku bisa seperti ini. dalam :)

    BalasHapus
  6. sebuah potret betapa berat dan kerasnya sebuah kehidupan di kota metropolitan
    yang kaya makin berjaya, yg miskin makin terpuruk, tidak beda dgn kehidupan di rimba raya

    aku juga punya posting serupa, tp tidak sebagus py gulungan pita
    "Bocah Penjual Koran Pemberi Inspirasi"

    BalasHapus
  7. @Mulki : Alhamdulillah kalau dapat dinikmati... ana berterima kasih sekali kepada seseorang yang berada d lampu merah sana.

    BalasHapus
  8. @Mulki : Alhamdulillah kalau dapat dinikmati... ana berterima kasih sekali kepada seseorang yang berada d lampu merah sana.

    BalasHapus
  9. @Mas Insan : sedikit sekali yang peduli dgn mereka.. semoga kita termasuk yang sedikit itu ya mas :)

    Mana urlnya? sepertinya lebih bagus punya mas.. puisiku tak ada apa-apanya ..

    BalasHapus
  10. kau tak pedulikan tiap kata yang kuucapkan..
    kau hanya menatap ke depan.. tanpa mencoba melihatku dari balik jendela..
    ruang yang memisahkan kita oleh sebuah jendela hitam kelam..
    jikalau kau mau.. kau mampu menghilangkan jarak ruang diantara kita..
    ku mohon dengarlah.. dan jawablah..
    meski hanya sebuah senyuman.. namun senyum itulah yang membangkitkan asa dalam diri..
    #mencoba melanjutkan.. :)

    tidak peduli.. astaghfirulloh.. teringat seorang anak kecil yang pernah kutemui di depan masjid.. namun aku tak punya sesuatu yang bisa kuberikan.. >_<

    BalasHapus
  11. ya itulah potret kehidupan, semoga masih ada yang peduli

    BalasHapus
  12. @Erlangga :
    Sip! Mantap hei Pria teratur :D
    dirimu punya pengalaman juga ya? Subhanallah.. ketika kita tak punya sesuatu untuk diberikan, Insya Allah dengan niatnya saja sudah baik..

    BalasHapus
  13. @Faizal :
    Aamiin Allohumma Aamiiin :)
    Semoga kita termasuk orang-orang yang peduli

    BalasHapus
  14. Dua sisi dan dua nasib yang berbeda ya sob. Lampu hijau selalu dinantikan si kaya, sedang lampu merah dinantikan sang anak jalanan yang sedang mencari rizki.

    BalasHapus
  15. singkat, padat jelas...nyentil..sarat makna
    aku suka bagian yang ini pit

    hijau hanya untukmu
    lampu merah selalu untukku

    ^__^

    BalasHapus
  16. @Mas HP Yitno :
    ya, dua sisi yang kontradiksi. Dua warna yang selalu membedakan. Tujuan saya sebenarnya adalah menyampaikan bahwa si miskin selalu terhenti untuk mencapai masa depan karena lampu merah.. berbda hal dg si kayak yang selalu berwarna 'hijau'

    BalasHapus
  17. @Mbak Phuji :
    Nyentil gimana mbak :P
    Makasih ya sudah mau berkunjung ^_^

    Semoga kita tau aturan, berhenti pas lampu berwarna merah dan menikmati nuansa ketika terhenti sejenak itu #nyambung ngga ya?

    BalasHapus