Penggambaran Siger dan perempuan di Museum Lampung. Foto : Dokumen Pribadi |
Beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan untuk
menyebrangi Selat Sunda menuju sebuah daerah di ujung selatan pulau Sumatera.
Ya, inilah dia Lampung. Menuju Lampung ala backpacker
cukup mudah dan terjangkau. Saya memulai perjalanan dari Bandung di
Terminal Leuwi Panjang, lalu menggunakan bis ke Merak, menyebrang dengan kapal,
lalu menggunakan bis lagi menuju pusat kota Lampung. Sebenarnya, di Bakauheni
juga banyak pilihan destinasi jika benar-benar ingin berpetualang. Namun saya,
lebih memilih ke Rajabasa untuk menemukan kebudayaan dan sejarah.
Sepanjang jalan, saya dibingungkan dengan sebuah bentuk
seperti mahkota bergerigi berwarna emas. Akhirnya saya googling dan ternyata bentuk
tersebut bernama siger. Siger adalah lambang atau icon dari Lampung. Setiap bangunan
sepanjang jalan diwajibkan untuk menempelkan siger di atas pintu atau di atap. Dan alhasil, selama di bis atau
kendaraan, saya selalu melihat bentuk itu.
Sebenarnya, ada juga Menara siger yang baru-baru ini dibangun. Menara ini perlambang Lampung di
ujung pulau Sumatera. Lalu bagaimana asal-usulnya sehingga siger menjadi lambang Lampung?
Ketika
berada di bis, saya mencoba bertanya kepada pak supir perihal siger. Namun, saya kurang puas dengan
jawabnnya. Lalu saya mendatangi museum Lampung dan di sana saya mendapatkan
informasi dari seorang pemandu.
Dahulu,
ada sebuah upacara atau sering disebut cakak
pepadun. Acara ini merupakan perayaan pernikahan di tanah Lampung. Perempuan
benar-benar dihormati dan dijunjung tinggi, maka dari itu ketika menikah
perempuan seharusnya diberikan hadiah istimewa. Masyarakat waktu itu sengaja
meminjam siger dari alam ghaib
sebagai lambang kesakralan dan ke-maha-tinggian untuk perempuan. Namun, entah
karena apa tiba-tiba orang-orang satu kampung yang mengadakan cakak pepadun menghilang, yang tersisa
hanya siger. Konon katanya, orang-orang yang masih ada
dapat berhubungan dengan orang-orang yang hilang dengan pelantara siger.
Sampai
saat ini, agar masyarakat dapat berhubungan dengan alam ghaib maka siger masih dilestarikan. Namun, dari
pemerintah Lampung sendiri menghimbau agar meletakkan siger di setiap bangunan adalah sebagai lambang Lampung. Lampung
yang menghargai perempuan.
Penggambaran Siger dan perempuan di Museum Lampung. Foto : Dokumen Pribadi Beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan untuk menyeb...